WANEARTNEWS.COM - Jokowi dinilai terancam dilengserkan dari kedudukannya dari orang nomor satu di Indonesia. Hal itu karena ia dinilai sulit mengontrol kenaikan beberapa komoditi pokok.
Sebut saja harga minyak goreng yang meroket naik selama beberapa bulan terakhir. Tak hanya itu, harga Pertamax sudah mengalami kenaikan per tanggal 01 April 2022 lalu.
Karena kenaikan harga beberapa barang pokok ini muncul anggapan jika Jokowi terancam dilengserkan. Hal itu diungkapkan politisi, Rocky Gerung.
Rocky Gerung menyebut jika ada kemungkinan hal tersebut terjadi. Bahkan ia meminta masyarakat untuk bersiap mencari tokoh-tokoh yang dirasa sesuai dan bisa menggantikan Jokowi sebagai seorang Presiden.
"Inti kita, seluruh teori dan kapasitas negara sudah selesai dan kita mesti bersiap-siap mencari tokoh-tokoh yang bisa menuntun dalam waktu sementara sebelum sidang MPR untuk memilih Presiden baru," kata pengamat poilitik, Rocky Gerung dikutip Hops.ID dari kanal YouTube Rocky Gerung pada Sabtu, 09 April 2022.
Rocky menekankan jika Jokowi bisa dilengserkan karena faktor ekonomi yang kini terjadi di Indonesia, termasuk soal carut marutnya harga beberapa komoditi yang semakin naik.
"Itu artinya kita akan lihat apa hukumnya kalau Presiden Jokowi dipaksa turun oleh ekonomi, bukan dipaksa turun oleh rakyat. Mesti disiapkan teori pertama yang jatuh pada konstitusi.
Konstitusi mengatur pihak yang bisa menguasai kekuasaan jika kondisi tersebut terjadi," ujar Rocky Gerung.
Lebih lanjut, Rocky menyebut jika salah satu orang yang dirasa cocok menggantikan posisi Jokowi adalah Prabowo yang kini menjabat sebagai Menteri Pertahanan (Menhan).
Rocky Gerung bahkan membandingkan dulu Prabowo dengan beberapa orang lain dan dianggap lebih pantas dan cocok.
"Kalau kondisi tersebut terjadi, misalkan ada pak Menhan, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Luar Negeri. Dari tiga profil itu ya Prabowo yang paling punya profil memerintah kan. Kan dua menteri lainnya itu rendah saja legitimasinya," ucap Rocky Gerung.
"Jadi kita membayangkan diperlukan tokoh publik. Mungkin pak Amien Rais masuk lagi, Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY), dan Jusuf Kalla datang lagi. Jadi sebaikanya istana berpikir itu," pungkasnya.***
Sumber: hops