WANHEARTNEWS.COM - Cyber security consultant Teguh Aprianto membongkar daftar akun di Twitter yang membagikan foto dan identitas pribadi terduga pengeroyok Ade Armando saat terjadi demo mahasiswa di depan gedung DPR/MPR/DPD, Jalan Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (11/4/2022) sore WIB.
Ade yang menjadi sasaran kemarahan massa dihajar sampai babak belur hingga diamankan kepolisian.
Tidak berselang lama, beberapa akun Twitter langsung menyebarkan daftar empat orang yang diduga sebagai pelaku pemukulan Ade.
Selain foto, akun tersebut memuat nama dan alamat yang diduga pelaku pemukulan Ade.
Sayangnya, data yang berasal dari face recognition Polri tersebut tidak sepenuhnya tepat, lantaran ada dua nama yang salah.
Namun, mereka sudah menerima konsekuensi dihujat dan di-bully di akun media sosial, termasuk didatangi aparat ke rumahnya.
Bahkan, ada yang sudah mendapatkan ancaman pembunuhan.
Teguh pun membuat analisis dan mendapatkan sembilan akun pertama yang menyebarkan data, yang diduga berasal dari aparat tersebut.
Pendiri Ethical Hacker Indonesia tersebut mengurutkan akun berdasarkan waktu penyebaran data pribadi di lini masa.
Di antara penyebar data warga, ada pemilik akun Husin Shihab yang memasang bio 'Fighting Hoax', namun sudah menghapus cicitan tersebut.
"Daftar akun penyebar identitas terduga penyerang AA yang bersumber dari face recognition milik polisi: 18:21 @mahasiswigenz, 18:22 @tioharimurtie, 18:30 @ZonaHitamQ, 18:31 @P3nj3l4j4h_id, 18:41 @Paltiwest, 18:46 @jimmy_atp, 18:55 @gemanawacita, 18:57 @jogoboyo88, dan 19:16 @husinshihab," kata Teguh ketika dikonfirmasi di Jakarta, Jumat (15/4/2022).
Melalui akun @secgron, Teguh mendapatkan data jika dua pelaku yang identitasnya sudah disebar itu ternyata tidak terlibat dalam pemukulan Ade.
"Sampai saat ini diketahui bahwa dua orang telah menjadi korban kesalahan face recognition milik polisi. Mereka yang tak bersalah, namun identitasnya sudah disebarkan oleh akun-akun tersebut," ujar pakar keamanan siber tersebut.
Teguh menjelaskan, selain Try Setia Budi dari Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung, juga ada Abdul Manaf dari Kabupaten Karawang, Jawa Barat, yang datanya disebar oleh sekelompok pemilik akun tidak bertanggung jawab.
Artinya, sambung dia, dua orang telah menjadi korban kesalahan face recognition milik polisi.
"Untuk polisi, tolong kebiasaan menyebarkan data pribadi seseorang via akun anonim diakhiri," ucapnya.
Dia menjelaskan, proses penyelidikan yang dilakukan aparat itu seharusnya tertutup.
Pun dengan data penyelidikan itu sendiri hanya bisa diakses oleh yang berkepentingan.
"Ketika data penyelidikan dibocorkan ke internet oleh akun anonim dan membahayakan nyawa seseorang yang belum terbukti bersalah, apa kalian ga malu?" kata Teguh mengingatkan aparat.
Di antara akun yang disebut Teguh, ada yang sudah tidak aktif, yaitu @P3nj3l4j4h_id lantaran terkena suspended.
Adapun akun Husin sebelumnya menyebarkan data pribadi empat orang yang tidak semuanya benar.
"Ini muka-muka teroris yang menyusup dalam demo. Orang-orang begini mukanya aja kusam, gak ada nur-nya, tapi selalu jualan agama," kata eks politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) tersebut. [republika]