Keengganan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan (LBP) mengungkap big data di hadapan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) semakin mempertegas adanya kebohongan besar dalam klaim ini.
Di mana dalam podcast bersama Deddy Corbuzier, Luhut mengkliam ada 110 juta pengguna media sosial yang memiliki kecenderungan agar Pemilu 2024 ditunda.
Bagi kader PDI Perjuangan, Deddy Yevri Hanteru Sitorus, apa yang diklaim Menko Luhut adalah kebohongan besar.
"Bagi saya klaim big data ratusan juta itu sampah, totally a big lie, tidak lebih dari sebuah kebohongan besar yang buat untuk mendukung hasrat politik yang berlebihan," tegasnya ketika berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (13/4).
Anggota Komisi VI DPR RI ini meyakini, sampai kiamat sekalipun, Menko Luhut tidak akan berani membuka big data secara transparan kepada masyarakat. Sebab data itu memang sebatas pepesan kosong belaka.
“Saya yakin itu pepesan kosong belaka, such a bullshit!” imbuhnya.
Deddy mengatakan sejak awal dirinya sudah meragukan keberadaan big data itu. Karena, secara metodologi lemah dan secara ilmiah sulit dipertanggungjawabkan.
Sebab akan sulit membayangkan bagaimana melakukan sampling, analisis, pembobotan, menarik kesimpulan untuk data sebesar itu.
Menurutnya, jika hanya menggunakan artifisial intelligent atau algoritma tertentu yang menangkap kata “3 periode” di media sosial, maka hal itu bisa saja dimungkinkan. Hanya saja, hasil yang didapat pasti bias, margin of error tinggi dan sama sekali tidak bisa dijadikan bahan untuk menarik kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Sumber: rmol
Foto: Kader PDI Perjuangan, Deddy Yevri Hanteru Sitorus/Net