WANHEARTNEWS.COM - Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) pernah terjadi pada awal pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di 2005. BBM dengan jenis premium awalnya dihargai Rp 1.820 per liter.
Kemudian mengalami kenaikan pada 1 Maret 2005, sebesar Rp. 2.400, dan pada 2 Oktober 2005 harga melonjak sampai Rp. 4.500 per liter.
Berakhirnya periode pertama SBY sempat mengalami kenaikan lagi hingga Rp. 1.500, membuat harga BBM premium menjadi Rp. 6.000 per liter. Namun, semenjak mengikuti harga minyak dunia, harga BBM premium mengalami penurunan dua kali di 2013 dengan harga Rp. 5.000 dan Rp. 4.500.
Melalui unggahan video TikTok @heryfahmy pada Jumat (1/4/2022), menayangkan penjelasan Presiden SBY tentang kenaikan BBM pada masa pemerintahannya. SBY mengatakan setiap mengajukan kenaikan BBM, selalu ditolak oleh DPR. Menurut keterangannya, hal itu dapat mengakibatkan inflasi dan kemiskinan membengkak.
"Dulu setiap pemerintah mengusulkan kenaikan BBM selalu ditolak oleh kalangan DPR. Sejumlah fraksi bahkan sejak awal tidak pernah setuju kalau saya menaikkan harga BBM. Alasannya kami menolak usulan pemerintah, karena jika BBM dinaikkan inflasi naik dan kemiskinan membengkak," terangnya, dikutip di hari yang sama.
Tak hanya itu, SBY merasa tak tega jika BBM dinaikkan. Menurutmya, akan menjadi beban masyarakat Indonesia. Ia pun merasa kasihan jika hal itu terjadi.
"Oleh karena itu, saya punya pandangan berbeda. Kalau harus dinaikkan lagi BBM tahun ini beban rakyat terlalu berat kasihan mereka," jelasnya.
Tanggapan warganet
Mendengar keterangan SBY warganet turut berkomentar dan menyangkutkan dengan kenaikan BBM Pertamax, hingga bahan pokok lainnya.
"Sekarang lebih parah pak semua naik," tulis @har***
"Jaman Pak SBY gak ada yang naik, aku masih ngerasain BBM harga 6 ribu, la sekarang harga sudah berlipat, sungguh mempliriy rakyat kecil," tulis @Nyu***
"Kenapa sekarang apda nurut dan maunya sendiri iyaa,, minyak goreng naik,, bahan-bahan naik,,BBM pun naik,,sebenernya apa sih maunya," tulis @lis***
"Kenaikan kebutuhan tidak di imbangi dengan kenaikan pemasukan," tulis @ilh***
Sumber: suara