WANHEARTNEWS.COM - Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas mencium adanya rekayasa dalam kasus penangkapan anggota Negara Islam Indonesia (NII) baru-baru ini.
Hal ini karena tiba-tiba isu NII meledak dan menjadi perhatian masyarakat.
"Saya tidak mengingkari adanya kelompok NII tersebut, tapi siapa otak dan pelaku dibalik itu serta untuk apa mereka melakukan itu semua? Saya rasa masyarakat sudah banyak yang tahu, karena di negeri ini banyak sekali orang yang mampu melakukan rekayasa sehingga pihak penegak hukum tidak mustahil terseret oleh permainan mereka," katanya pada Selasa (19/04/2022).
"Saya tidak akan menuduh siapa-siapa, tapi yang jelas saya mencium bau tidak sedap di balik itu semua," sambungnya.
Ia menyebutkan bahwa apabila berbicara tentang adanya gerakan yang ingin mengganti Pancasila, maka ini patut menjadi pertanyaan.
Karena dalam bidang ekonomi dan politik, idiologi yang dijalankan oleh para petinggi, politisi serta para pemilik kapital di negeri ini tidak lagi didominasi oleh nilai-nilai yang ada dalam Pancasila dan UUD 1945.
"Tapi telah diisi oleh nilai-nilai yang ada dalam faham dan idiologi liberalisme kapitalisme. Lalu mengapa kita tidak membicarakan dan melihatnya sebagai sebuah ancaman dan mengapa para pelakunya tidak kita tangkap?" tanya Anwar.
Padahal, dampak dari tindakan dan perbuatan teroristik yang mereka lakukan buruknya sungguh luar biasa.
Di mana menyebabkan rakyat lapis bawah benar-benar menjerit dan ketakutan karena ekonomi mereka benar-benar terpukul dan tergerus dibuatnya.
"Mengapa hal itu bisa terjadi? karena kolaborasi dan kolusi diantara mereka-mereka yang berkuasa tersebut sudah benar-benar sangat kuat mencengkram negeri ini. Sehingga negara bisa mereka buat nyaris tidak bisa berkutik seperti terlihat dengan jelas dalam kasus minyak goreng," ucapnya.
Menurutnya, menjadi pertanyaan juga apakah para penegak hukum di negeri ini tidak melihat tindakan mereka itu adalah anti pancasila dan anti uud 1945.
Bahkan pihak yang berkepentingan di negeri ini tidak menangkap para pelaku utama dari mafia minyak goreng dan dari mafia-mafia di bidang lainnya tersebut.
"Mengapa isu tentang mafia minyak goreng dan mafia-mafia lainnya itu hanya muncul sebentar saja lalu kemudian hilang dan tenggelam begitu saja? Apakah menindak mereka tidak merupakan hal yang sangat penting?," tuturnya.
Jadi, kata dia, kesimpulannya terlalu banyak skenario di negeri ini.
Mereka-mereka yang melakukan praktek-praktek tidak terpuji dan teroristik politik atau ekonomi tetap masih bisa bebas berkeliaran dan menjalankan misinya.
Diketahui, Kepala Bagian Bantuan Operasi Densus 88 Antiteror Polri Kombes Aswin Siregar mengklaim pihaknya berhasil mengungkap teroris jaringan Negara Islam Indonesia (NII) yang tersebar di kawasan Sumatera Barat.
Tidak main - main teroris jaringan NII di wilayah ini ternyata sudah merekrut 1.125 warga setempat menjadi anggotanya dengan rincian 833 orang tersebar di Kabupaten Dharmasraya dan 292 orang berada di Kabupaten Tanah Datar.
Aswin Siregar mengatakan, jumlah teroris di kawasan Sumatera Barat itu diketahui setelah pihaknya melakukan pengembangan dari sejumlah tersangka yang telah ditangkap pada medio Maret 2022 lalu.
Di mana saat itu Densus 88 membekuk 16 anggota teroris jaringan NII di Kabupaten Dharmasraya dan Kabupaten Tanah Datar.
“Terkhusus di Sumatera Barat, para tersangka yang sudah ditangkap memberikan keterangan bahwa struktur NII mereka berada pada tingkatan cabang/kecamatan/ CV (istilah NII) IV/Padang dengan anggota mencapai 1.125 orang,” beber Aswin Siregar dalam keterangan tertulisnya sebagaimana dilihat Senin (18/4/2022).
Mirisnya lagi, dari total anggota teroris itu, 77 diantaranya diketahui masih anak - anak di bawah umur.
Sementara itu 126 anggota baru yang saat ini sudah dewasa, juga diketahui direkrut saat masih usia anak - anak. pop