WANHEARTNEWS.COM - Ribuan mahasiswa Sri Lanka mengerumuni rumah Perdana Menteri Mahinda Rajapaksa pada Ahad untuk menuntut pengunduran dirinya karena krisis ekonomi yang memburuk di negara pulau itu.
Seperti dilansir Arab News Senin 25 April 2022, para pemimpin mahasiswa memanjat pagar kompleks rumah Rajapaksa di ibu kota Kolombo. Ini dilakukan setelah polisi mendirikan barikade di berbagai jalan di sekitar ibu kota Sri Lanka untuk menghentikan mereka terhubung dengan demonstran di tempat lain.
“Anda dapat memblokir jalan, tetapi tidak dapat menghentikan perjuangan kami sampai seluruh pemerintah mundur,” kata seorang pemimpin mahasiswa yang tidak disebutkan namanya sambil berdiri di atas tembok.
Menghadapi barisan polisi yang memegang perisai anti huru-hara, pengunjuk rasa mencoba menurunkan barikade yang mencegah mereka memasuki kediaman sang perdana menteri.
Beberapa demonstran membawa spanduk bertuliskan “Pulanglah Gota”—sebutan untuk Presiden Gotabaya Rajapaksa, yang merupakan adik Mahinda. Sementara demonstran lain mengenakan topeng Guy Fawkes yang identik dengan gerakan anti-kemapanan.
Polisi mengatakan Mahinda Rajapaksa, kepala klan penguasa Sri Lanka, tidak berada di lokasi pada saat aksi itu dan massa pergi dengan damai.
Pemadaman listrik selama berbulan-bulan, rekor inflasi dan kekurangan pangan serta bahan bakar yang akut telah memicu meningkatnya kemarahan publik di Sri Lanka. Negara di Asia Selatan itu menghadapi penurunan ekonomi terburuk sejak kemerdekaan pada 1948.
Selama lebih dari dua pekan, ribuan pengunjuk rasa telah berkemah setiap hari di luar kantor tepi laut Presiden Gotabaya Rajapaksa, menuntut dia dan saudaranya untuk mundur. Demonstrasi nasional telah melihat demonstran berusaha menyerbu rumah dan kantor tokoh pemerintah Sri Lanka.
Minggu ini seorang pria ditembak mati ketika polisi menembaki blokade jalan di pusat kota Rambukkana – kematian pertama sejak protes bulan lalu.
Keruntuhan ekonomi Sri Lanka mulai terasa setelah pandemi virus corona melumpuhkan pendapatan vital dari pariwisata dan pengiriman uang.
Negara ini tidak mampu membiayai impor penting, yang membuat pasokan beras, susu bubuk, gula, tepung terigu, dan obat-obatan menjadi terbatas, sementara inflasi yang tak terkendali telah memperburuk kesulitan.
Perusahaan listrik yang tidak mampu membayar bahan bakar telah memberlakukan pemadaman listrik yang panjang setiap hari. Sementara antrean panjang meliuk-liuk di sekitar pom bensin setiap pagi saat orang mengantre untuk mendapatkan pasokan bensin dan minyak tanah yang sedikit.
Menteri Keuangan Ali Sabry, yang berada di Washington untuk merundingkan dana talangan Dana Moneter Internasional, Jumat memperingatkan bahwa situasi ekonomi di Sri Lanka kemungkinan akan semakin memburuk.
Sumber: tempo