OLEH: RAMLI KAMIDIN*
SEMUA kontroversi terhadap peristiwa pengeroyokan Ade Armando, itu tidak menghalangi terbukanya aib diri seorang yang sering mengatakan dirinya sebagai seorang intelektual punya ilmu.
Mencermati foto-foto dan video Ade Armando yang bertebaran di medsos nyaris bugil -ditelanjangi, entah itu sengaja direkayasa atau sungguhan oleh massa spontan yang sedang demo damai di gerbang utama DPR hari Senin, 11 April 2022.
Sebenarnya apa yang diinginkan kelompoknya Ade untuk memainkan peran konyol dalam "tanda petik" mengimbangi peserta demo damai mahasiswa.
Dan apa yang menjadi target dan berani melakukan peran aneh dalam situasi yang bertolak belakang dari sudut pandang seorang Ade Armando terhadap Rezim Jokowi yang secara terang-terangan selalu dibelanya?
Kelompok yang selama ini dicap netizen dan masyarakat luas sebagai buzzer yang selalu bertolak belakang dengan pikiran mahasiswa.
Bahkan BEM UI sewaktu mengkritik Jokowi dengan sebutan "JOKOWI THE KING OF LIP SERVICE", Ade Armando yang sekampus dengan mahasiswa tersebut pernah mengatakan BEM UI dangkal berpikir dan pandir.
Reaksi dan kritik mahasiswa akhir-akhir ini kepada rezim Jokowi yang antidemokrasi dan salah urus ekonomi, membuat Ade Armando kehilangan 'tuts laptopnya' untuk mendesain perlawanannya sebagai aktor pembela utama rezim pemerintahan jokowi.
Saya melihat ada kegalauan menghadapi peningkatan eskalasi kebangkitan mahasiswa dan akar rumput yang berani turun unras seluruh penjuru nusantara.
Perubahan sikap tiba-tiba ini tentu mengundang tanda tanya. Apakah terjadi perubahan strategi... dari Kakak Pembina untuk menjadikan Ade Armando dengan CokroTV sebagai saluran propaganda baru untuk mengacaukan opini tuntutan mahasiswa dan emak-emak dengan membangun narasi besar yang lebih merakyat?
Atau Ade Armando sedang berakrobat berkreasi dengan pola komunikasi yang lebih soft untuk mendapatkan tempat istimewa di dalam rezim, maupun publik?
Walaupun demikian, perubahan sikap Ade Armando ini tidak akan mengubah persepsi publik bahwa dia adalah iguana yang bisa setiap saat berubah-ubah penampilan dan gaya.
Memori publik sudah tertanam kuat bahwa Ade Armando adalah sosok penista agama yang tidak tersentuh hukum.
Nyinyir dan nyeleneh terhadap umat Islam, terutama dan pelecehan terhadap agama Islam sudah melampaui kepatutan hingga masuk wilayah ujaran kebencian.
Senin 11 April 2022 boleh dikatakan adalah hari balasan penistaan bagi dirinya. Seorang intelektual kampus bergelar doktor harus dipermalukan di atas aspal jalan raya nyaris telanjang bulat.
Tragis... apa pun pembelaannya tak punya arti.
Sebagai sosok berilmu, tindakannya cukup urakan dengan memakai kaos indentitas aktivis pergerakan PIS, menunjukkan dia tidak sedang memainkan peran cendekia.
Selaku pakar komunikasi... Dia justru merendahkan marwah intelektual, bahkan menurunkan kelasnya.
Pernyataan menggunakan akal sehat dan kecerdasan yang sering terucap dalam ucapannya di perdebatan-perdebatan publik seakan tenggelam dalam semangat tampil melawan opini dan kesombongan diri.
Kuasa, Allah SWT, bagi yang beriman sungguh meyakini pasti ada cara untuk menahan perbuatan-perbuatan menyimpang dari ciptaannya dengan cara yang tidak diketahui, itulah takdir.
Mungkin saja dalam benak Ade Armando, kehadirannya di arena demo damai mahasiswa bisa mengundang simpati karena juga membawa misi yang sama, yaitu penolakan atas presiden 3 periode.
Ternyata kehadirannya membawa bencana, dia tidak diperlukan, emak-emak pun berteriak kencang ngapain ke sini si penista Ade Armando... saatnya detik-detik musibah itu menghampiri.
Tidak terbayangkan ungkapan dia saat wawancara live di Akbar Faisal Official mengatakan bahwa dirinya memang dilindungi oleh pemerintah rezim Jokowi dan memang orang seperti saya ini dibutuhkan.
Ternyata menjadi bumerang atas dirinya mungkin saja AA dalam perlindungan aparat keamanan, tapi ternyata tidak sanggup juga melindungi. Terjadilah peristiwa tragis tersebut, betul-betul dipermalukan dihina sehina-hinanya.
Peristiwa Ade Armando, Senin 11 April 2022 akan menjadi documenta historica dalam aksi unjuk rasa mahasiswa Indonesia bahwa seorang dosen senior bergelar doktor dari sebuah perguruan tinggi ranking terbaik di Indonesia ditelanjangi di hadapan publik unjuk rasa yang jelas-jelas membela rezim penguasa saat ini.
Penganiayaan dan pengeroyokan Senin, 11 April 2022 ini bisa dikatakan pembalasan dendam masyarakat yang merasa terhina atas ulah AA yang selama ini di pertontonkan dengan sombong.
Hal ini menjadi peringatan kepada setiap orang yang punya kapasitas dan menjadi pesan politik kepada siapa pun agar selalu menggunakan nurani dan tidak bermain-main dengan kekuasaan untuk menindas.
Jangan lupa di atas langit masih ada langit. Wamakaru wamakarallah wallahu khairul makirin...! bagi insan yang percaya.
Ade Armando didukung teman-temannya tentu dengan beribu pernyataan pembelaan bahwa Ade Armando dianiaya oleh kelompok intoleran dan radikal... itu haknya.
Yang jelas, peristiwa sudah terjadi.
Wallahu A'lam Bishawab.
(Pegiat Kebijakan dan Aktivis Narasi Institute)