WANHEARTNEWS.COM - Tingkat keterpilihan (elektabilitas) Ketua Umum Partai Gerindra yang juga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sebagai calon presiden 2022 tetap paling tinggi berdasarkan hasil jajak pendapat Indikator Politik Indonesia.
Padahal hingga hari ini Prabowo tak pernah pasang baliho maupun pencitraan di media.
“Ini bisa dibaca menggunakan gelas setengah penuh dan gelas setengah kosong. Gelas setengah penuhnya adalah Pak Prabowo tidak pernah pasang baliho, Pak Prabowo tidak pencitraan di televisi tetapi masih dapat 27% dalam simulasi 7 nama,” jelas Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi dalam paparannya secara daring, Minggu (3/4/2022).
Berdasarkan hasil survei Indikator Politik Indonesia dengan simulasi 33 nama capres, elektabilitas Prabowo tertinggi di angka 21,9%, disusul Ganjar Pranowo sebesar 19,8%, dan Anies Baswedan di posisi ketiga dengan perolehan 16,4%.
Elektabilitas Prabowo juga masih paling tinggi di simulasi 19 nama, 7 nama dan 3 nama. Dalam simulasi 19 nama, Prabowo, Ganjar, dan Anies masih menempati posisi tiga teratas. Prabowo di posisi pertama dengan tingkat elektabilitas 22,4 persen, disusul Ganjar (21,6 persen), dan Anies (17,1 persen).
Sementara dalam simulasi 7 nama tertutup, Prabowo memperolah 27,4 persen, terpaut sedikit dari Ganjar Pranowo. Adapun dalam simulasi 3 nama, Prabowo memperoleh 32,7 persen, Ganjar 30,8 persen dan Anies 24,9 persen.
Survei Indikator ini digelar sepanjang 11-21 Februari 2022 dengan melibatkan 1.200 responden lewat metode multistage random sampling. Margin of error kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Menurut Burhan, meski Prabowo masih paling tinggi dibanding tiga rival utamanya, Ganjar dan Anies, Prabowo tetap harus berupaya tampil ke publik.
Sebab jika dilihat ke belakang saat Prabowo bertarung di Pilpres 2019, suara Prabowo berada di atas 40 persen.
“Jadi kalau kita baca dalam gelas setengah kosongnya adalah Pak Prabowo itu perolehan di 2019 itu 44,5% lho. Berarti kan turun hampir separuhnya. Jadi ada banyak suara Pak Prabowo yang pindah ke yang (capres) lain,” sambung Burhan mengingatkan.
Karena itu, Burhan berpendapat, Prabowo perlahan tapi pasti harus tetap hadir dan tampil di depan publik.
“Sebab kalau terlalu jauh dari radar publik itu terlalu berisiko buat Pak Prabowo kecuali Pak prabowo tidak punya minat untuk maju lagi,” ujar Burhan.
“Tapi kan menurut elit Gerindra beliau masih diproyeksikan sebagai capres. Jadi perlu Pak Prabowo untuk tampil ke publik juga. Kalau tidak, ada dua nama setidaknya, Ganjar dan Anies yg berpotensi menyalip, kalau misalnya Pak Prabowo terlalu di belakang layar. Karena bagaimana pun urusan publik membutuhkan sosialisasi ke masyarakat,” tutupnya.
Sumber: fajar