WANHEARTNEWS.COM - Setelah Presiden Jokowi mengundang puluhan kepala daerah berkunjung ke IKN, Kalimantan Timur, dengan membawa air dan tanah yang kemudian diisi ke dalam kendi nusantara.
Kini, Wakil Ketua MPR sekaligus Ketua Koordinator Gerakan Nasional Nusantara Mengaji, Jazilul Fawaid, akan menggelar pengajian dengan khataman Al-Qur'an dan potong 24 tumpeng di IKN.
Soal kapan diadakan, belum ada info lebih jauh. Adapun tamu yang diundang dan akan hadir adlah pejabat negara, seperti Muhaimin Iskandar, Fawaid, Menteri Desa PDTT, Abdul Halim Iskandar, Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah, Kepala Badan Otorita IKN, Bambang Susantono, Gubernur Kalimantan Timur, Isran Noor dll.
"Untuk mendukung kelancaran dan keberkahan pembangunan IKN, Gerakan Nasional Nusantara Mengaji akan menggelar Peringatan Nuzulul Quran Selamatan 24 Tumpeng di Titik 0 IKN Nusantara pada Rabu (20/4)," katanya, Rabu (20/4/2022).
Ia mengatakan, inisiator Gerakan Nasional Nusantara Mengaji, adalah Muhaimin Iskandar.
Menurut dia, dalam acara itu akan diadakan berdoa dengan menguatkan tekad bersama bahwa pemindahan IKN yang direncanakan pemerintah, betul-betul bisa membangkitkan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi di Indonesia dan terlaksana sesuai jadwal yaitu pada 2024.
Sebelumnya, acara Jokowi di IKN banyak memicu polemik. Gerakannya dianggap berbau klenik. Ganjar pun sempat tertawa saat melihat bagaimana masyarakat menilai niatan Jokowi.
"Ini kultural. Semua daerah pasti punya sendiri-sendiri. Ada nilai-nilai luhur yang bisa dilakukan. Kita boleh bicara modern, kekinian dengan referensi buku-buku baru. Tapi kita mesti punya kepribadian dalam kebudayaan," ujarnya.
Bahkan lanjut dia, nilai-nilai ini tidak hanya dimiliki bangsa Indonesia. Di Jepang, ia mencontohkan, jika ada pembangunan pasti diiringi suatu ritual dan upacara.
"Kalau orang Jawa mau buat rumah, di atasnya ada pisang, beras, bendera merah putih. Itu tradisi. Di Jepang juga sama, mau buat bendungan, buat gedung itu ada ritual dan upacaranya. Jadi nggak usah mikir soal apakah ini klenik atau tidak, ini soal kultural dalam bingkai persatuan," pungkasnya.
Sumber: era