Sejarah Penaklukan Konstantinopel oleh Turki Ottoman
Kekhalifahan Turki Utsmani atau Ottoman dalam bahasa Inggris, berhasil mencatatkan sejarah besar dengan menaklukkan Konstantinopel pada 29 Mei 1453.
Penaklukan Konstantinopel dilakukan Turki Utsmani di bawah kepemimpinan Muhammad Al Fatih atau Sultan Mehmed II, dengan mengalahkan Kekaisaran Romawi Timur.
Konstantinopel dulu merupakan kota paling penting di dunia pada abad pertengahan, karena letak strategisnya dalam perekonomian maupun politik dunia.
Konstantinopel yang terletak di antara benua Asia dan Eropa serta dibelah Selat Bosporus, juga menjadi ibu kota Byzantium Romawi Timur sejak 324 M sampai awal abad ke-15 Masehi.
Kejatuhan Konstantinopel ke tangan Kesultanan Utsmaniyah merupakan peristiwa penting yang merupakan salah satu penanda berakhirnya Abad Pertengahan.
Pergantian kekuasaan dari Kekaisaran Romawi Timur kepada Kesultanan Utsmaniyah ini menyebabkan jalur perdagangan antara Eropa dan Asia Barat di Laut Tengah terputus.
Sang Penakluk
Mehmed II (30 Maret 1432 – 3 Mei 1481), juga dikenal secara luas sebagai Muhammad al-Fatih atau Mehmed Sang Penakluk adalah penguasa Utsmani ketujuh yang berkuasa pada 1444 – 1446 dan 1451 – 1481.
Mehmed II mengukir berbagai capaian pada masa pemerintahannya, tetapi yang paling dikenal adalah Penaklukan Konstantinopel pada 1453 yang mengakhiri riwayat Kekaisaran Romawi Timur, menjadikannya mendapat julukan 'Sang Penakluk' (الفاتح, Al-Fatih).
Mehmed dikenal sebagai pemimpin yang cakap dan mempunyai kepakaran dalam bidang kemiliteran, ilmu pengetahuan, matematika, dan menguasai enam bahasa saat berumur 21 tahun.
Dia dikenal sebagai pahlawan di Turki maupun dunia Islam secara luas. Dalam sejarah Islam, Mehmed dikenal sebagai salah seorang pemimpin yang hebat sebagaimana Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi (pahlawan Islam dalam perang Salib) dan Sultan Saifuddin Mahmud Al-Qutuz (pahlawan Islam dalam peperangan di 'Ain Al-Jalut melawan tentara Mongol).
Pasca Penaklukan Konstantinopel
Sultan Mehmed II berdiam di Konstantinopel selama 23 hari lamanya pasca penaklulan, menyelesaikan segala urusan-urusannya, dan mengatur pengelolaan kota yang baru ditakluk itu.
Dalam pada tempoh itu, ia membuka satu permulaan daripada dekritnya soal kota itu, bahwa Konstantinopel dijadikannya sebagai Ibu Kota Kekhalifahan.
(*)