NEGARA
Oleh: خير الأصديق
Beberapa tahun silam saat bolak balik ke Malaysia ketika proses imigrasi saya ditanya oleh petugas, "buat apa di Malaysia?" (ngapain disini, begitulah simpelnya), saya jawab, "Belajar, ambik PhD". "Oo, ambik course (jurusan) ape?" Ditanya lagi oleh petugas sambil terus memproses paspor saya. "Ambik course Sejarah encik" jawab saya santai. "Wah, bagus.. Saya ada satu soalan bab sejarah ini lah, apa masalah kita dalam sejarah ni eh?" Tanya si petugas sambil mengembalikan paspor saya yang telah diberikan cop stempel imigrasi.
Saat menerima paspor saya jawab pertanyaan si petugas, "Inilah masalah sejarah kita hari ini" ujar saya sambil menunjuk👉 paspor saya ke petugas.
"Disebabkan paspor ni kita bangsa Melayu dah terkotak-kotak dalam berbagai negara; Singapura, Malaysia, Brunei, Indonesia yang melahirkan sentimen, perbezaan, tak lagi saling kenal, bahkan permusuhan. Dulu, Atok saya, dari Sumatera senang je nak pergi semenanjung ni, ke Kolang (Klang) Melaka, Johor, Singapura tak payah guna paspor- paspor macam ni". Menutup pembicaran sambil bersiap meninggalkan kaunter Imigrasi.
Dengan mengacungkan jempolnya si petugas kemudian bilang "Betol itu" 😀
****
Ikut bersimpati atas kejadian yang menimpa UAS ditolak masuk ke Singapura. 10 tahun terakhir, Singapura diantara negara yang sering saya kunjungi baik kunjungan pribadi dan lebih sering membawa rombongan tur, sampai-sampai setiap 2 tahun saya ganti paspor terus karena banyak cop imigrasi Singapura nya 😁
Kejadian ditolak (deportasi) saya belum pernah TAPI ngetem di kantor imigrasi Singapura berjam-jam sering. Apalagi ketika membawa rombongan Tur, dalam rundown trip apalagi masuk Singapura via Batam dengan Ferry dan Bus dari Johor Bahru mesti dibuat jadwalnya lebih panjang paling cepat 1 Jam, paling lambat tak terhingga, bahkan pernah hanya menunggu 1 orang dari 40 rombongan berjam jam lamanya. Jika ada kejadian begini, biasanya rombongan lain disuruh duluan yang tinggal ini nanti ditemani tour leader menyusul.
Menolak pengunjung datang itu adalah hak prerogatif negara Singapura dengan berbagai alasan bahkan alasan tak masuk akal kadang, TAPI kita memang gak bisa berbuat apa-apa. Sering, karena alasan keamanan terutama isu terorisme merujuk kepada nama si pengunjung dan negara asalnya.
Pernah ada satu orang dari grup Tur saya wajahnya mirip katanya dengan DPO teroris, ketika discan wajah secara otomatis keluar wajah-wajah DPO lain di monitor si petugas, kemudian dia telpon supervisor unit mereka kemudian diarahkan masuk ke kantor Imigrasi ditanya lebih lanjut, berjam-jam baru keluar. Bahkan ada yang tidak ditanya sama sekali dibiarkan saja sendiri di ruang 1x2 berjam jam lamanya seperti kejadian yang menimpa UAS. Lebih parah lagi, ada kejadian seorang kawan sampai masuk ke ruangan Lie Detector (Polygraph) menjawab beberapa pertanyaan, sehingga ketahuan dia jujur atau bohong, begitulah.
Singapura sangat konsen dalam aspek keamanan ini, bahkan mungkin sampai level paranoid. HP saya pernah diperiksa oleh petugas tempat scan barang, satu satu diperiksa;, galeri, icon aplikasi semuanya lah. Pernah saya jumpa seorang ibu-ibu teriak histeris di pintu keluar karena sudah lebih dua jam menunggu anaknya gak keluar, dia teriak, "Saya gak akan datang-datang lagi ke Singapura, kapok" ujarnya.
Begitulah, apa mau dikata, Singapura hari ini bukan Singapura dulu zaman Atok saya yang dengan bebas datang dan pergi berdagang disana. Wallahu 'alam.
(fb penulis)