WANHEARTNEWS.COM - Pasca serangan Israel yang dilakukan di wilayah Masyaf Suriah, pasukan militer Rusia dilaporkan melayangkan serangan balasan, dengan menembakkan rudal S-300 yang menyasar jet tempur Israel.
Serangan ini merupakan serangan balasan atas tindakan militer Israel pada Jumat lalu, di mana Israel saat itu menyerang wilayah Masyaf, termasuk pangkalan militer Iran di Barat laut Suriah.
Serangan yang menewaskan lima orang dan menyebabkan tujuh orang luka-luka ini sempat dihalau oleh militer Suriah. Tetapi, tangkisan ini dinilai tidak berhasil.
Militer Suriah saat itu berusaha menembakkan puluhan rudal untuk menghalau pesawat Israel, tetapi sebagian besar tembakan disebut tidak efektif.
Jet tempur Israel akhirnya meninggalkan wilayah tersebut setelah pasukan militer Rusia menembakkan rudal canggih S-300.
Merespon tindakan ini, meski tidak secara khusus merujuk pada serangan Rusia, Menteri Pertahanan Israel Benny Grantz menyebut bahwa tidak ada yang mampu menghalagi tindakan Israel di Suriah yang disebut sebagai upaya agar Iran tidak mentransfer senjata canggih melalui wilayah Suriah.
Pernyataan ini merujuk pada tuduhan lama yang disematkan Israel kepada Iran yang dianggap menyuplai amunisi canggih pada kelompok teror Hizbullah Lebanon melalui wilayah Suriah.
“Israel akan terus bertindak melawan setiap musuh yang mengancamnya dan mencegah transfer kemampuan canggih dari Iran yang membahayakan warga Israel dan merusak stabilitas seluruh Kawasan,” ucap Grantz seperti dikutip Hops.ID dari laman Times of Israel pada Selasa, 17 Mei 2022.
Insiden bentrokan yang melibatkan pasukan militer Israel dengan Rusia ini merupakan yang pertama kalinya terjadi sejak hubungan kedua negara terus memburuk di tengah konflik Rusia-Ukraina yang masih berlangsung hingga saat ini.
Ketegangan kedua negara ini dinilai mengkhawatirkan bagi pihak Israel yang selama ini telah melakukan ratusan serangan ke wilayah Suriah dengan dalih mencegah pengiriman senjata ke kelompok Hizbullah melalui wilayah Suriah.
Sebagai informasi, Rusia merupakan sekutu dekat Presiden Suriah, Bashar Al Assad. Dan selayaknya sekutu dekat, Rusia memang memiliki banyak pasukan yang beroperasi di negara tersebut.
Tak hanya itu, di sana Rusia menempatkan berbagai pertahanan udara canggih, termasuk S-300. Rudal S-300 sendiri merupakan senjata yang diberikan Rusia secara cuma-cuma kepada militer Suriah pada tahun 2018 lalu.
Tak hanya rudal, kala itu Rusia juga mentransfer tiga batalyon ke militer Assad meski keputusan itu sempat ditentang keras oleh Israel dan Amerika Serikat.
Sebelum konflik ini memanas, Israel dengan Rusia sebenarnya telah menciptakan perjanjian yang disebut mekanisme dekonfliksi untuk mencegah keduanya terlibat bentrok di Suriah.
Bahkan tahun lalu, pada pertemuan yang dilakukan PM Israel Naftali Bennet dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Sochi, keduanya menegaskan bahwa kedua negara sepakat akan terus menjalankan kesepakatan itu.***
Sumber: hops