WANHEARTNEWS.COM - Pernyataan Presiden Joko Widodo yang meminta masyarakat bersyukur walau harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia mengalami kenaikan, berbuah kritikan.
Jokowi mencohkan kenaikan harga BBM yang cukup tinggi di negara lain. Seperti di Jerman yang sudah menjual bensin Rp 31.000 per liter atau naik dua kali lipat.
"Di Singapura (bensin) Rp 32.000. Di Thailand Rp 20.800 kalau saya rupiahkan. Di Amerika Rp 18.000 kurang lebih. Kita (pertalite) masih Rp 7.650," kata Jokowi saat menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakernas) V Pro Jokowi (Projo), di Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (21/5).
Kritikan pada pernyataan Jokowi, dilontarkan mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu. Menurutnya, perbandingan Jokowi itu harus adil dengan membandingkan kemampuan ekonomi rakyat satu negara.
"Bapak Presiden yang terhormat, kalau membandingkan harga antar negara harus bandingkan juga kemampuan ekonomi rakyatnya," kata Said dalam cuitan di akun Twitternya, Senin (23/5).
Kata Said, Jokowi harus menilai dengan utuh. Utamanya, pendapatan pekerja atau UMR di antara Singapura dan Indonesia sudah berbeda jauh.
"UMR Singapura 10 kali lebih besar dengan UMR Indonesia, pendapatan perkapita Singapura 13 kali lipat dan di Singapura tidak ada petralite," katanya.
"Petralite kita disubsidi pertamina. Jelas?" tandasnya.
Sumber: RMOL