WANHEARTNEWS.COM - Temuan baru kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak bermunculan. Kemarin (12/5) sore Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Malang menemukan tiga sapi yang diduga sudah terpapar PMK.
Tiga sapi itu terdeteksi berada di Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Tugu Aneka Usaha (Tunas).
Parahnya, satu di antara tiga sapi yang terjangkit PMK sudah mati. Dua sisanya masih hidup, tetapi harus dipisahkan dari sapi lainnya. Gejala seperti air liur berlebih hingga suhu tubuh di atas 35 derajat Celsius ditemukan pada tiga sapi tersebut.
Dispangtan mengirimkan sampel tiga sapi tersebut ke laboratorium di Surabaya. ”Kami juga berkoordinasi dengan UPT Kesehatan Pemprov Jatim supaya pergerakan sapi dari ataupun ke Kota Malang bisa diawasi,” ujar Kabid Peternakan Dispangtan Kota Malang Anton Pramujiono dilansir dari Radar Malang.
Dari Jawa Tengah, Gubernur Ganjar Pranowo mengimbau masyarakat tidak panik dalam menghadapi PMK pada hewan ternak. Imbauan itu menyusul adanya empat daerah di Jateng yang terdeteksi penyakit tersebut. Yakni, Boyolali, Rembang, Banjarnegara, dan Wonosobo.
”Sudah ada empat kabupaten yang kami deteksi. Kami sudah pastikan dengan kawan-kawan di dinas peternakan, termasuk dokter hewan. Ini bisa diobati, jadi tidak usah panik,” kata Ganjar saat meninjau hasil bantuan paket ternak sapi di Kelompok Tani-Ternak Guyub Rukun, Desa Sumanding, Kecamatan Kembang, Jepara, kemarin.
Ganjar menjelaskan, pengecekan intensif terus dilakukan. Selain itu, arus masuknya hewan dari daerah lain diperketat.
Sementara itu, Radar Mojokerto melaporkan, sebagian warga Desa Suru memilih rugi daripada ternaknya mati sia-sia. Mereka merelakan menjual sapi ternaknya dengan harga murah.
Merebaknya PMK memang membuat kalangan peternak di desa di Kecamatan Dawarblandong tersebut panik. Dua minggu terakhir, sekitar 100 sapi tercatat terjangkit PMK. Setelah sapi sempat tidak doyan makan karena mulutnya ”rusak”, kini rata-rata tinggal kuku yang bernanah. Lalu, dua ekor sapi mati dalam dua hari berturut-turut. Kejadian itu membuat peternak khawatir dan berbondong-bondong menjual ternaknya. ”Punya saya yang satu sudah mati. Ini tinggal satu saya jual,” ucap Sundari, salah seorang peternak.
Setelah seminggu sakit, pada Rabu (11/5), sapi simmental berumur 2 tahun miliknya diangkut blantik. Sapi yang kakinya bernanah dan jika berdiri gemetaran itu terjual Rp 20 juta. ”Kalau normalnya, bisa Rp 30 juta,” ungkapnya.
Dia merasa panik. Sebab, kondisi sapi tampak semakin parah. Napasnya berat. ”Sebenarnya eman, tapi berhubung khawatir itu, daripada mati kan lumayan (dijual murah), ” jelas perempuan 40 tahun tersebut.
Sundari mengaku bakal menggunakan uangnya untuk membeli sapi lagi, tetapi tidak dalam waktu dekat.
Usiah, pemilik kandang yang terpisah sekitar 100 meter dari lokasi Sundari, juga tidak mau buru-buru beli sapi lagi. Dua ekor sapi miliknya yang terinfeksi PMK dijual tak lama setelah mendapat suntikan obat untuk kali pertama dari Disperta Kabupaten Mojokerto pada Senin (9/5). Keduanya laku Rp 9 juta. Lebih murah daripada harga pasaran. Dia khawatir, jika sapinya mati, dirinya lebih merugi lagi.
Sumber: jawapos