WANHEARTNEWS.COM - Kemenangan Ferdinand Marcos Jr. dan Sara Duterte dalam pemilihan presiden dan wakil presiden Filipina menuai kritik dari sejumlah pihak, terutama dari Barat.
Bagi Barat, kemenangan pasangan itu akan membuat Filipina lebih condong ke China. Beberapa bahkan menggambarkan kemenangan keduanya sebagai "kemenangan bagi Beijing".
Lewat catatan editorialnya, Selasa (11/5) media pemerintah China Global Times mengulas kritik Barat atas kemenangan Marcos Jr. dan Sara.
"AS telah mencoba untuk mengganggu dan memandu agenda pemilu Filipina sejak awal pemilu," katanya.
"Misalnya, mereka secara sederhana dan kasar mengkategorikan kandidat sebagai 'pro-AS' dan 'pro-China', menggarisbawahi bahwa ini adalah kontes nilai, dan menghipnotis bahwa semua kandidat kecuali Marcos Jr. bersikap tegas dalam berbagai masalah dari Laut China Selatan," lanjutnya.
'Petunjuk' ke arah itu terlihat nyata, sampai-sampai mereka hampir menceramahi pemilih Filipina cara untuk memilih.
Meski mengaku tidak akan bersandar pada China atau AS, dan hanya akan menjadi 'pro-Filipina', putra mantan Presiden Ferdinand Marcos itu memang telah berulang kali menyatakan keinginannya untuk mengembangkan hubungan dengan China, menyerukan solusi untuk masalah Laut China Selatan melalui dialog dan menggambarkan China sebagai "teman."
Pernyataan Marcos Jr ini menunjukkan keengganannya untuk memihak, dan ini telah merangsang beberapa kekuatan di AS dan Barat.
Sebagai akibatnya, beberapa media AS dan Barat menjulukinya sebagai "putra seorang diktator."
"Setelah Marcos Jr mengamankan kemenangan, Barat memperingatkan bahwa 'bersujud ke China' akan menempatkan Filipina sekali lagi dalam posisi yang lemah," tulis GT.
Di mata beberapa orang arogan dari AS dan Barat, Filipina seharusnya hanya peduli dengan "ancaman China" dan Strategi Indo-Pasifik AS.
"Dan jika rakyat suatu negara tidak membuat 'pilihan yang tepat' seperti yang diinginkan Washington, itu menunjukkan 'kerapuhan; demokrasi negara itu," kata GT.
Sumber: rmol