WANHEARTNEWS.COM - Pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Chairman dan CEO Air Products, Seifi Ghasemi, di Washington DC, Kamis kemarin (12/5), menuai kritikan publik. Sebab, tak seharusnya seorang presiden bertemu secara personal dengan pengusaha untuk membahas bisnis.
Alhasil, aktivis Hak Asasi Manusia (HAM), Natalius Pigai, pun menilai Jokowi sudah tak menunjukkan diri sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan Republik Indonesia (RI) dalam agenda kunjungan kerjanya ke Amerika Serikat.
Dalam pandangan Pigai, pertemuan dengan pengusaha seharusnya dilakukan oleh menteri teknis yang membidangi usaha yang bersangkutan. Bukan oleh kepala negara atau kepala pemerintahan.
"Jokowi makin tidak kredibel. Ngapain ketemu seorang bisnisman?" ujar Pigai melalui akun Twitternya, Jumat (13/5).
Pertemuan Jokowi dengan Seifi Ghasemi dilakukan sebelum melakukan pembicaraan dengan Ketua Dewan Perwakilan AS, Nancy Pelosi, dan anggota Kongres AS di Capitol Hill dalam jamuan santap siang bersama pemimpin negara-negara ASEAN.
Dalam pertemuan itu, Jokowi menjelaskan dirinya membicarakan rencana Air Product untuk berinvestasi di Indonesia sebesar 15 miliar dolar AS.
Dari total nilai investasi tersebut, mantan Walikota Solo ini mengklaim saat ini sudah terealisasi investasi tahap pertama Air Product sebesar 7 miliar dolar AS. Salah satu bentuknya adalah groundbreaking industri hilirisasi coal to DME di Bukit Asam, Sumatera Selatan.
Gaya kepemimpinan Jokowi yang main di semua lini urusan, bagi Pigai, sudah keluar dari jalur pekerjaan seorang pemimpin. Apalagi yang berurusan dengan bisnis secara langsung.
"Itu jorok, soal coal & battery (batu bara dan baterai) itu terlihat sarat kepentingan," tegasnya.
"Sebagai presiden (seharusnya) undang para eksekutif dan CEO, sampaikan business opportunities. Urusan teknis itu anak buah," demikian Pigai.
Sumber: rmol