Oleh: Azwar Siregar
Ada berita Ustadz Abdul Somad dideportasi dari Singapura. Setelah sebelumnya sempat "ditahan" di ruangan 1x2 mirip Penjara di imigrasi Singapura.
Sebenarnya hal-hal seperti ini terjadi di Singapura tidak akan membuat saya terkejut. Karena Negara "zionis asia" itu memang "surga-nya" para Koruptor. Negara yang ramahnya buat para Konglomerat Hitam dan para Cukong yang banyak uang.
Sebaliknya Negara seupil itu memang tidak pernah ramah dengan Islam.
Percayalah. Harun Masiku lebih diterima dan akan diberikan Karpet Merah ketimbang Pemuka Agama Islam atau para Ulama.
Tapi kalau Pemuka Agama lain, entahlah...
Saya beberapa kali ke Singapura. Dulu. Sedikitpun tidak ada lagi kelihatan bekas-bekasnya kalau dahulu tanah itu milik Melayu. Melayu sudah jadi minoritas di sana. Sampai Azan juga dilarang pakai Pengeras Suara yang kedengaran keluar.
Satu-satunya tanda kalau Negara tersebut dulunya milik orang Melayu adalah sampai sekarang lagu kebangsaannya masih menggunakan bahasa Melayu. Entah beberapa tahun kedepan mungkin akan diganti jadi bahasa Kanton atau Hokkien.
Singapura juga satu-satunya Negara di Asia Tenggara yang paling akrab dengan Israel. Padahal kalau "policy" zionis Israel yang mengklaim Tanah Palestina berdasarkan kepemilikan Purba Kala diterapkan di Singapura, maka Warga Melayu bisa mengusir etnis Pendatang yang sekarang jadi Mayoritas disana.
Jadi Singapura dan Israel itu mirip tapi tidak sama. Sama-sama pendatang yang kemudian menguasai Tanah Orang lain. Kemudian berkuasa. Songong. Rasis. Dan tidak ada Akhlaq!
Begitupun kalau dikasus Deportasi UAS, saya lebih meyakini hal ini terjadi karena "permintaan" dari seseorang atau sebuah Kelompok di Indonesia.
Saya tidak menyebut nama. Tapi saya yakin seseorang atau Kelompok tersebut sangat berkuasa.
Kalau hal ini terus terjadi, jangan salahkan kalau suatu saat Etnis Melayu, bahkan mungkin Sumatera juga akan memilih berpisah dari Indonesia.
Ngapain Negara besar tapi para Penguasanya selalu kelompok Bramacorah!
(*)