TETAP WASPADA PARA BEGAL KONSTITUSI!
Menarik menganalisa cuitan dari akun Twitter @PartaiSocmed. Akun ini adalah Jokower Garis Keras sejak Pilpres 2014 yang kini berbalik arah.
Jadi wajar kalau Akun ini memiliki sumber Infomasi yang melimpah kalau kita berbicara tentang Pak Jokowi dan sekeliling Pak Jokowi. Khususnya yang berkaitan dengan relawan.
Misalnya informasi masih berlanjutnya dukungan terselubung untuk Jokowi 3 Periode.
Contohnya Pengiriman Kaos Jokowi 3 periode untuk Penggalangan di Ende atas Instruksi "Sang Perdana Menteri".
Walaupun Gerakan Begal Konstitusi sempat mereda, tetapi kita juga diingatkan oleh Akun tersebut dengan cara "Buying Time" ala Jokowi. Gaya "mengulur waktu" ala Jokowi ini memang terbukti sangat efektif terhadap bangsa kita.
Contohnya di Revisi UU KPK, kenaikan BPJS, UU Cipta Kerja, dan yang lainnya. Pertama awalnya ditolak keras oleh Masyarakat. Mahasiswa sampai Demo dan ramai-ramai turun ke jalan. RUU dan atau rencana kenaikannya dibatalkan oleh Presiden yang bergaya sebagai Pahlawan Kesiangan.
Selang beberapa bulan kemudian, RUU dan atau rencana kenaikan akhirnya diketok palu. Masyarakat sudah tenang. Diam. Pasrah. Dan semua akhirnya menerima.
Begitu juga dengan Revisi UU KPK dan RUU Cipta Kerja.
Model Politik Buying Time atau Mengulur Waktu ala Jokowi ini memang sangat efektif untuk masyarakat Pecinta Azab Kubur ala masyarakat kita.
Ketika menonton Sinetron Keranda Jenazah yang terbang ke langit tertiup angin puting beliung gara-gara si Jenazah semasa hidupnya sering "menggosipkan tetangga", yang menonton memutuskan bertaubat.
Giliran selesai menonton, akhirnya lupa lagi. Gosipin tetangga lagi.
"Eh, jeng. Suami tetanggamu ganteng ya. Mirip Pak Luhut. Tapi kok mau ya sama istrinya yang tatoan..."
"Eh, itu bukan tatto. Tapi bekas kurap"
"Mosok sih..."
Ya sudahlah. Ini cuma coretan pagi.
Tetapi mari kita tetap waspada. Sejarah tidak akan pernah berbohong. Sekali Pembohong akan tetap jadi Pembohong. Sekali Penipu akan tetap jadi Penipu. Tugas kita adalah menjaga Konstitusi.
Tapi karena ini adalah Politik, ayo luaskan cakrawalah berpikir kita. Di dalam Politik, lawan dari lawanmu adalah kawan. Tetapi kawan yang menjadi kawan dari lawanmu bisa saja sebenarnya lawan.
Tolong mulai bijak memahami Politik. Tidak ada istilah Hitam-Putih. Semuanya abu-abu. Warna itu cuma identitas pengingat. Karena warna sebenarnya adalah tujuan. Sepanjang tujuannya sama adalah kawan. Tetapi sewarna kalau berbeda tujuan adalah lawan.
Rangkul lawan sepanjang satu tujuan. Tetap berhati-hati kepada kawan yang bisa menikam dari belakang.
Mulailah memahami kalau Pembegalan Konstitusi bisa jadi akhirnya terjadi. Menjadi Produk Konstitusi yang sah. Kalau Partai-partai besar memutuskan mendukungnya.
Kalau Partainya Mbak Puan mendukungnya. Kalau Partai Gerindra mendukungnya. Kalau Partai Golkar, eh sudah mendukung ya... saya lupa.
Kalau PKB, eh sudah mendukung juga ya?
Kalau PAN, eh lupa juga. Kemarin dukung juga ya?
Demokrat posisinya dimana. Nasdem posisinya kemana?
Ingat yang memenangkan Pertarungan Politik adalah suara terbanyak. Yang mampu merangkul kawan maupun lawan. Menjadikannya satu barisan menuju Pulau Tujuan.
Insya Allah, kalau PKS jelas sudah menolak.
Tapi tanpa dukungan PDIP dan Gerindra, penolakan tersebut akan sia-sia. Tiga periode akan berlanjut. Apalagi sudah ada adik ipar yang bisa mengamankan.
Dan kita akan terus melanjutkan rezim plis inpes tu mai kontri...
(Azwar Siregar)