WANHEARTNEWS.COM - Di tengah merosotnya hubungan diplomatik antara Beijing dan Canberra, Australia dilaporkan akan membangun kapal selam tak berawak.
Saat mengumumkan rencana tersebut pada Kamis (4/5), Menteri Pertahanan Peter Dutton mengatakan bahwa Australia harus bersiap perang.
"Australia sedang berusaha untuk membangun kemampuan perang bawah laut robotik otonom baru,” kata Dutton, mengumumkan program baru untuk mengembangkan drone bawah air untuk angkatan laut, seperti dikutip dari RT, Kamis (4/5).
Proyek ini akan didanai bersama oleh Kementerian Pertahanan dan anak perusahaan Australia dari Anduril, sebuah perusahaan yang bermarkas di AS yang bekerja di bidang perang otonom.
“Defence dan Anduril Australia akan mendanai bersama program untuk merancang, mengembangkan, dan memproduksi Extra Large Autonomous Undersea Vehicles (XLAUV) di Australia untuk penilaian kemampuan dan pembuatan prototipe,” kata Dutton dalam sebuah pernyataan.
XLAUV adalah kapal robot tanpa awak mutakhir. Mereka berkemampuan siluman, multi-peran, kemampuan bawah laut, biasanya antara 10-30 meter, dengan kapasitas untuk membawa berbagai muatan militer jarak jauh.
Menhan Dutton menjelaskan, drone kapal selam tersebut diharapkan untuk melengkapi dan meningkatkan kelincahan dan potensi kapal selam angkatan laut saat ini dan kekuatan kombatan permukaan di kawasan Indo-Pasifik.
"Kapal-kapal itu juga diharapkan memberi pasukan itu opsi misi inovatif karena mereka akan menjadi masalah bawah laut yang mengganggu dan sulit bagi musuh mana pun," katanya.
Dutton mengatakan program penelitian dan pengembangan diharapkan berjalan selama tiga tahun ke depan, menghasilkan tiga prototipe kapal selam drone dan pada akhirnya menghasilkan XLAUV yang siap manufaktur.
Selain mengembangkan drone bawah permukaan, Dutton mengatakan bahwa militer Australia juga akan membeli drone buatan AS, Evolved Sea Sparrow Missile (ESSM) Block 2.
Ini adalah rudal anti-pesawat angkatan laut modern, yang dirancang khusus untuk mencegat rudal anti-kapal manuver supersonik, serta target udara lainnya.
"Gelombang pertama rudal telah tiba di Australia untuk integrasi awal dan tujuan pengujian," kata Dutton.
Sumber: RMOL