WANHEARTNEWS.COM - Rocky Gerung menyoroti peran Indonesia di forum internasional, khususnya di tengah perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Rocky mengungkapkan, saat ini Finlandia sudah bergabung dengan NATO, begitu pula dengan negara-negara Skandinavia lainnya yang ingin menjaga stabilitas di Eropa.
Namun, Rocky menilai sikap Presiden Jokowi dalam konflik Rusia-Ukraina masih bingung. Menurut dia, Jokowi serba salah jika ingin bersikap menanggapi konflik yang sudah berlangsung selama beberapa bulan itu.
"Sekarang kita membayangkan dampaknya pada negeri ini kalau peralatan etika kita enggak ada. Sehingga Pak Jokowi sampai sekarang masih gagu, mau pro Amerika atau Rusia. Nanti kalau pro Amerika nanti dibilang antek Amerika. Ya, kalau dibilang enggak pro berarti jadi antek Rusia, sama saja," kata Rocky dalam Rakernas Partai Pelita di Ancol, Jakarta Utara, Selasa (17/5).
"Tapi kalau kita punya kemampuan, standar etik saya pro ini karena itu dan dalil itu mesti diucapkan pada dunia, supaya kita bisa mengevaluasi apa sebenarnya keputusan politik kita," lanjutnya.
Rocky pun melanjutkan dengan kebutuhan Indonesia memiliki pemimpin yang intelektual dan tidak gagap dalam forum internasional. Menurut dia, hal itu lebih penting daripada mengukur pemimpin dari tinggi atau tidaknya elektabilitas.
"Kita ingin pemimpin yang tidak gagu dan gagap dalam forum internasional. Dikatakan enggak penting bisa bahasa Inggris yang penting dicintai rakyat. Lho, itu dasar pertama setelah itu baru untuk jadi pemimpin, setelah itu tambahan intelektualias. Ya, sama halnya enggak penting presiden IQ-nya yang penting dia bernapas, ya, memang dasarnya orang bernapas dulu baru ditambah fasilitas-fasilitas kepemimpinan," jelasnya.
Menurut Rocky, Partai Pelita harus mampu melihat sosok yang bisa menjadi pemimpin. Ia berharap pemimpin yang lahir dari Partai Pelita benar-benar sosok yang bisa memimpin, bukan menjadi dealer.
"Bagian buruk itu yang kita harap tidak ada di Pelita. Pelita harus keluar dari sistem itu," pungkasnya.
Sumber: kumparan