WANHEARTNEWS.COM - Perdana Menteri Sri Lanka Mahinda Rajapaksa mengundurkan diri pada Senin (9/5/2022), setelah terjadi demo besar terhadap pemerintahnya berminggu-minggu.
Sri Lanka dilanda kerusuhan sipil sejak Maret. Demonstrasi kadang berubah menjadi kericuhan karena amarah yang memuncak atas kesalahan penanganan krisis ekonomi terburuk Sri Lanka sejak mendeklarasikan kemerdekaan dari Inggris pada 1948.
Pengunduran diri PM Rajapaksa dilakukan untuk membuka jalan bagi pembentukan pemerintahan baru demi menyelesaikan krisis ekonomi terburuk yang dialami negeri tersebut.
Namun, pengunduran diri Mahinda Rajapaksa gagal meredakan amarah para demonstran yang menuduh pemerintah tidak becus mengurus perekonomian. Mereka juga menuntut Presiden Gotabaya Rajapaksa, yang tak lain adalah adik Mahinda, turut lengser.
Kericuhan semakin bereskalasi dan para demonstran membakar rumah keluarga Rajapaksa, beberapa menteri, dan anggota parlemen.
Tayangan yang dibagikan di media sosial memperlihatkan sejumlah rumah dilalap api dan disambut gegap gempita.
Rekaman yang beredar dari media lokal menunjukkan rumah warisan milik keluarga Rajapaksa yang terletak di kota Hambantota di bagian selatan negara tersebut dibakar massa.
Jam malam secara nasional sudah diberlakukan di Sri Lanka, selain juga keadaan darurat yang diumumkan oleh Presiden Gotabaya Rajapaksa minggu lalu di tengah meningkatnya gelombang protes di sana.
Sri Lanka Darurat Akibat Krisis Ekonomi, Banyak Utang
Negara kepulauan dengan penduduk 22 juta jiwa tersebut sedang mengalami krisis ekonomi parah dengan pemadaman listrik yang berkepanjangan, dan juga kurangnya bahan kebutuhan pokok seperti BBM, minyak goreng dan obat-obatan.
Sementara itu, cadangan mata uang asing yang bisa digunakan pemerintah Sri Lanka sekarang hanya tinggal $50 juta (sekitar Rp750 miliar).
Presiden Gotabaya Rajapaksa mengumumkan keadaan darurat karena krisis ekonomi melanda Sri Lanka. Kerusuhan akibat krisis ekonomi pun terjadi. Kondisi negara saat ini terlilit utang, inflasi tinggi, dan rakyat menjerit.
Sri Lanka menghadapi kekurangan bahan pokok yang semakin berat, kenaikan harga yang tajam, dan pemadaman listrik yang melumpuhkan sejak kemerdekaan dari Inggris pada 1948.
[VIDEO]