WANHEARTNEWS.COM - Bangku sopir bus berpenumpang 33 orang itu seharusnya diduduki Ahmad Ari Ardiyanto, 31. Namun, karena dia tertidur pulas di bagasi belakang, si kernet, Adi Firmansyah, 29, berinisiatif mengambil alih kemudi.
Dan, perjalanan dari rest area Saradan, Madiun, kemarin (16/5) pagi tersebut berujung petaka di Km 712 ruas tol Surabaya–Mojokerto (Sumo).
Bus pariwisata PO Ardiansyah mengalami kecelakaan tunggal setelah menghantam tiang beton rambu multipesan VMS (variable message sign) di tepi jalan. Peristiwa pada pukul 06.15 itu mengakibatkan tujuh orang tewas di lokasi. Hingga kemarin petang, jumlah korban meninggal tercatat menjadi 14 orang. Sementara itu, 19 penumpang lainnya luka-luka. Ari dan Adi termasuk korban yang selamat.
Bus Mitsubishi ukuran medium keluaran 2017 nopol S 7322 UW itu membawa rombongan wisata asal Benowo, Kota Surabaya. Mereka berangkat pada Sabtu (14/5) malam dengan tujuan objek wisata kawah Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah. Dari sana, rombongan kemudian bergeser ke Jogja dan bergerak kembali ke Surabaya pada Minggu (15/5) malam.
Di tengah perjalanan pulang, rombongan sempat beristirahat di rest area tol Saradan untuk salat Subuh kemarin pukul 04.30. Selama perjalanan, dari berangkat hingga berhenti sejenak di rest area tersebut, bus dikemudikan Ari. Warga Desa Boteng, Kecamatan Menganti, Gresik, itu menjadi sopir utama bus.
”Sampai rest area Saradan, saya tidur di bagasi belakang. Mungkin bagasi ditutup, terus bus dibawa (Adi, Red). Saya tidak tahu karena tidur,” ucap Ari saat ditemui Jawa Pos Radar Mojokerto di ruang Unit Laka Satlantas Polres Mojokerto Kota.
Dia mengaku tidak tahu kemudi bus diambil alih oleh Adi yang selama perjalanan menjadi kernet. Meski demikian, menurut Ari, Adi sudah terbiasa mengemudikan bus. Selama ini dia kerap ikut trayek perjalanan wisata jarak jauh. Tugasnya lebih banyak menjadi sopir cadangan yang menggantikan sopir utama. ”Mas Adi aslinya kernet. Cuma, kalau ada sopir yang butuh dobelan, dia ikut,” jelas pria yang sudah 1,5 tahun menjadi sopir bus tersebut.
Ari terbangun dari tidurnya setelah bus mengalami kecelakaan. Saat itu bus sudah terguling. Dia keluar bagasi dengan mendobrak bagian bawah kursi penumpang. Saat itu dia melihat kondisi bus dan penumpang sudah kacau. ”Tidak berani merasakan,” katanya.
Ari mengalami luka lebam di bagian pinggul sebelah kiri. Dia sempat menjalani perawatan di RS Citra Medika, Sidoarjo, sebelum diperiksa di Mapolres Mojokerto Kota. Sementara itu, Adi, si sopir cadangan, mengalami luka di bagian kaki dan tengah menjalani perawatan intensif.
Kecelakaan maut itu diduga disebabkan human error. Kepada polisi, sopir mengaku mengemudi dalam kondisi mengantuk. Hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) sementara juga mengarah pada dugaan tersebut.
Olah TKP melibatkan jajaran Ditlantas Polda Jatim bersama Satlantas Polres Mojokerto Kota. Hingga kemarin siang, petugas berada di Km 712+400 jalur A ruas tol Surabaya–Mojokerto (Sumo) untuk mencari tahu penyebab pasti kecelakaan tunggal tersebut. Berdasar pemeriksaan awal lokasi bekas kejadian, tidak ditemukan tanda-tanda bekas pengereman.
”Diperkirakan, sopir mengantuk karena dari titik tumbur bus sempat turun dari bahu jalan,” jelas Dirlantas Polda Jatim Kombespol Latif Usman di lokasi kecelakaan yang masuk wilayah Desa Canggu, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto, tersebut. Dugaan itu diperkuat pengakuan sopir bus Adi Firmansyah.
Latif menyampaikan, Adi mengaku mengemudi dengan kondisi mengantuk. ”Sudah kami tanyakan, setelah menyalip truk dari jalur kiri, dia mengambil lajur kiri dan mulai mengantuk. Pengakuan sopir, kecepatan di angka 80 sampai 90 (kilometer/jam),” terangnya setelah melihat kondisi Adi di RS Citra Medika. Pengemudi juga mengakui tidak sempat menginjak pedal rem.
Disinggung terkait dengan kapabilitas Adi sebagai sopir cadangan, Latif membutuhkan pemeriksaan lebih mendalam. Apakah Adi memang juga bekerja sebagai sopir bus atau baru kali ini mengemudikan bus. ”Psikologi mereka belum stabil. Keahliannya apa dan pernah nyopir di mana, itu nanti dalam pemeriksaan,” tegasnya.
Kecelakaan maut tersebut bermula saat bus berkelir hijau itu melaju dengan kecepatan tinggi dari arah Jombang menuju Surabaya. Setiba di lokasi, pada pukul 06.15, bus mendadak oleng ke kiri. Laju bus tidak terkendali hingga akhirnya keluar jalur menghantam tiang beton rambu multipesan VMS (variable message sign) di tepi jalan sisi kiri.
Kerasnya benturan membuat bodi depan bus bagian kiri ringsek parah. Tiang beton itu nyaris ambruk. Setelah tabrakan, bus terguling ke arah kanan. Di lokasi tampak barang-barang milik rombongan berceceran. Kursi penumpang, setir, serta bagian lain bus tidak lagi utuh. Beberapa barang itu masih berlumuran darah.
Menurut Latif, bus keluar jalur sekitar 100 meter sebelum titik tabrakan. Terdapat jejak bodi bus menyerempet guardrail dan papan batas jalan tol Sumo. Tampak pula jejak roda kiri bus yang menapaki rumput tepi jalan dan pembatas jalan. ”Kalau dilihat dari awal pertama, (kecepatan) lebih dari 100 kilometer (per jam),” ungkap Latif. Jarum spidometer yang tergeletak di lokasi menunjukkan angka 100 km/jam.
Belum ada indikasi bus mengalami overload. Mengingat, bus berkapasitas 35 kursi dan ada 33 penumpang. Pihaknya telah mengambil gambar tiga dimensi untuk analisis kecelakaan dan kini berkoordinasi dengan pengelola tol untuk memeriksa CCTV jalan.
Kapolda Jatim Irjen Pol Nico Afinta menjelaskan, dugaan sementara, kecelakaan terjadi karena kelalaian sopir. Nico tidak menampik saat disinggung kemungkinan sopir bus ditetapkan sebagai tersangka. Dengan syarat, alat buktinya mencukupi. ’’Untuk saat ini masih didalami. Yang jelas potensi itu (sopir jadi tersangka, Red) ada,” ungkapnya.
Nico mengatakan, analisis terhadap kejadian langsung dilakukan jajaran direktorat lalu lintas (ditlantas) setelah semua korban dievakuasi. Dia pun mengimbau semua sopir kendaraan jarak jauh tidak memaksakan diri saat sudah lelah. Sebab, dampak yang ditimbulkan tidak main-main.
Tim Investigasi
Tim Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) langsung bergerak ke Jawa Timur untuk melakukan penyelidikan. “Investigasi akan dimulai besok (hari ini, Red),” jelas Plt Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) Ahmad Wildan. Dia menyatakan, pihaknya akan melakukan pemeriksaan menyeluruh. Mulai kondisi kendaraan, dokumen, surat jalan kendaraan, hingga kondisi pengemudi.
Sementara itu, pengamat transportasi Djoko Setijawarno mempertanyakan pemasangan tiang penyangga di jalan tol yang mengandung risiko. “Karena dibangun sangat kukuh menjadi hazard,” ujarnya.
Saat tiang di sepanjang pinggiran tol dibangun terlalu kukuh, akan meningkatkan fatalitas saat terjadi kecelakaan yang terkait dengan berbagai tiang tersebut. “Maka, seharusnya ada review atau evaluasi persyaratan keselamatan jalan tol,” terangnya kemarin.
Menurut dia, review itu harus dilakukan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT). Mereka harus mempertimbangkan faktor keselamatan pengendara sebelum membangun berbagai konstruksi rambu. “Agar tetap berfungsi layak, namun tidak mematikan saat terjadi kecelakaan,” paparnya.
Sumber: jawapos