WANHEARTNEWS.COM - Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) membuat perbandingan antara tingkat kebebasan atau di suatu negara dengan proporsi penduduk muslim di negara terkait. Hasil riset itu menunjukan hipotesis bahwa semakin banyak penduduk beragama Islam maka demokrasinya cenderung tidak berkembang.
Pendiri SMRC Saiful Mujani mengatakan, studi yang dibuatnya bersumber atau mengambil data dari Freedom House 2022 untuk urusan kebebasan dan data dari World Population on Review untuk hal terkait populasi.
"Saya punya pikiran, semakin banyak orang yang beragama Islam maka cenderung demokrasi tidak berkembang di situ, itu hipotesis. Demokrasi tidak berkembang di situ, kebebasan tidak berkembang di situ semakin ketika negara itu penduduknya yang beragama Islam makin banyak, itu hipotesis," tutur Saiful secara daring di kanal YouTube SMRC TV pada Jumat (27/5/2022).
Saiful menegaskan, risetnya itu bukan dimaksudkan untuk menyuarakan sikap anti terhadap Islam.
Namun, ia ingin melihat secara objektif perbandingan skor kebebasan dengan proporsi penduduk muslim di sejumlah negara, termasuk Indonesia.
Dalam grafik yang ditayangkan, ada sejumlah negara yang tertera mulai dari negara dengan mayoritas hampir 100 persen penduduknya muslim, yakni Saudi Arabia, Afghanistan dan Pakistan. Kemudian negara dengan penduduk muslim sekitar 80 persen, yakni Indonesia dan Syria.
Malaysia dan Brunei Darussalam yang memiliki proporsi penduduk muslim sekitar 70-80 persen hingga sejumlah negara yang proporsi penduduk muslimnya di antara 0 hingga 20 persen, semisal Singapura, China, India, Swedia, Finlandia, Inggris, Norwegia dan Amerika Serikat.
Grafik tersebut memang mengonfirmasi hipotesis yang dibuat Saiful terkait semakin banyak penduduk muslim di suatu negara akan membuat demokrasi tidak berkembang.
Hal itu tampak dari grafik yang memperlihatkan negara Pakistan yang hanya menempati skor kebebasan negara di bawah 40 persen; Afghanistan dan Saudi Arabia yang bahkan skor kebebasannya di bawah 20 persen.
"Kita menemukan pola dari 187 negara di dunia. Ini hasil kerjaan semalam ini, gitu ya. Kita melihat pola linear hubungan linear, semakin banyak orang Islam di sebuah negara maka kebebasan semakin rendah," kata Saiful.
Tetapi yang menarik dari grafik tersebut, Indonesia tidak mengikuti pola sebagaimana hipotesis.
Meski memiliki proporsi penduduk muslim di atas 80 persen, nyatanya skor kebebasan Indonesia masih berada di angka 60.
"Yang menarik di sini, Indonesia. Indonesia itu outlier keluar dari pola ini, pola umumnya adalah Islam itu berhubungan negatif dengan demokrasi tapi Indonesia tidak gitu lho, iya kan. Jadi menarik," kata Saiful.
Sementara itu, negara lain yang tidak mengikuti pola ialah China. Kendati proporsi penduduk muslim di negara tersebut sedikit, tetapi skor kebebasan di China justru anjlok di kisaran 0-20 persen.
"China juga outlier. China itu penduduk Islamnya sedikit dibanding penduduk yang non-islam, demokrasinya tidak berkembang," ujar Saiful.
Menurut Saiful, walaupun demokrasi di Indonesia belakangan mendapat kritik karena dianggap mengalami penurunan, namun melihat grafik tersebut, diketahui skor kebebasan Indonesia justru masih jauh lebih baik. Apalagi dibanding negara lain dengan mayoritas penduduknya memeluk agama Islam.
Saiful berkeyakinan skor kebebasan di Indonesia akan terus meningkat dari angka 60 menjadi 80. Hal itu tentu selama ke depan demokrasi Indonesia tidak mengalami penurunan.
"Harapan kita itu (skor kebebasan) angkanya di angka 80-an ke depan. Kalau tidak menurun dalam lima tahun terakhir ini itu bisa jadi di atas angkanya ya, di atas 80 untuk kebebasannya. Ini sekarang 60 kurang lebih tapi lumayan dibanding Malaysia, misalnya dibanding Pakistan apalagi Saudi Arabia," kata Saiful.
Sumber: suara