3 Serangan Beruntun Pasca Sukses Formula E
Oleh: Tarmidzi Yusuf (Pegiat Dakwah dan Sosial)
Pasca digelarnya balapan mobil listrik Formula E yang menuai banyak pujian, tidak hanya dari dalam negeri tapi juga dipuji di seluruh dunia. Nama Anies Baswedan makin harum di dunia internasional dan nasional sehingga menimbulkan ketakutan yang luar biasa terhadap Anies Baswedan. Aniesphobia.
Ada yang tak rela melihat Anies Baswedan menjadi Presiden pengganti Jokowi. Mereka khawatir nama Anies Baswedan makin berkibar di hati rakyat Indonesia. Laju popularitas dan elektabilitas Anies Baswedan harus diganggu. Ditenggarai ada konspirasi jahat dibalik acara deklarasi FPI palsu berbayar dan Majelis Sang Presiden.
Ada tiga serangan beruntun untuk menjatuhkan nama baik Anies Baswedan pasca digelarnya Formula E:
Pertama, terkait rencana Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akan segera memanggil Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan panitia usai gelaran Formula E untuk melanjutkan pemeriksaan dugaan korupsi.
Anies Baswedan diframing sedemikian rupa oleh gerakan Aniesphobia bekerjasama dengan jaringan intelijen hitam seolah-olah terlibat dalam kasus dugaan korupsi Formula E. Sebuah fitnah yang sangat kejam dan mengerikan.
Kedua, aksi dukungan FPI palsu berbayar terhadap pencalonan Anies Baswedan sebagai Calon Presiden tahun 2024. Aksi dukungan massa bayaran dengan mencatut nama FPI dan Anies Baswedan.
Melalui aksi FPI palsu berbayar ini, Anies Baswedan akan dikesankan sebagai calon presiden radikal. Isu radikal radikul sengaja dimainkan untuk mendegradasi popularitas dan elektabilitas Anies Baswedan.
Dengan terungkapnya dalang dibalik deklarasi FPI palsu berbayar, justru menuai simpati bagi Anies Baswedan. Publik makin bersimpati pada Anies Baswedan. Anies Baswedan dikenal sebagai sosok calon presiden yang terdzalimi oleh konspirasi jahat Aniesphobia yang tidak menghendaki Indonesia maju.
Ketiga, selang sehari setelah aksi dukungan FPI palsu berbayar. Kemarin muncul deklarasi serupa. Sekelompok orang tak dikenal yang mengatasnamakan relawan Anies Baswedan dengan nama Majelis Sang Presiden. Tiba-tiba mendeklarasikan dukungannya pada Anies Baswedan sebagai calon presiden 2024.
Keanehan muncul. Menguat dugaan upaya pembusukan terhadap Anies Baswedan. Pasalnya, ada insiden bendera bertuliskan kalimat tauhid menjelang acara deklarasi berlangsung. Mereka tuding bendera yang bertuliskan kalimat tauhid itu sebagai bendera HTI. Ini penghinaan terhadap kalimat tauhid. Kalimat tauhid yang ada di bendera tersebut bukan lambang organisasi tertentu. Insiden bendera yang bertuliskan kalimat tauhid sebagai rekayasa yang menguatkan dugaan kalau acara deklarasi tersebut skenario gerakan Aniesphobia dan jaringan intelijen hitam.
Konspirasi Aniesphobia membangun opini publik. Anies Baswedan difitnah didukung oleh FPI, HTI hingga mantan narapidana teroris sebagai calon presiden 2024. Operasi pembenaran dari gerakan Aniesphobia kalau Anies Baswedan didukung kelompok radikal dan intoleran.
Patut diduga ada elit politik tertentu dan partai tertentu berkonspirasi melakukan pembusukan terhadap Anies Baswedan. Operasi jahat menjatuhkan nama baik Anies Baswedan. Alhamdulillahnya lagi, rencana jahat para Aniesphobia dan jaringan intelijen hitam tersebut terbongkar. Dalang FPI palsu berbayar dan Majelis Sang Presiden akhirnya terungkap ke publik.
Walaupun jin dan manusia bersatu untuk menjatuhkan Anies Baswedan, bila Allah subhanahu wata’ala berkehendak memuliakan Anies Baswedan, tetap mulia. Mau dibully, difitnah dan diserang oleh gerakan Aniesphobia dan jaringan intelijen hitam melalui gerakan Aniesphobia seperti pemeriksaan oleh KPK, FPI palsu berbayar dan Majelis Sang Presiden tetap saja Anies Baswedan mulia.
Sumedang, 9 Dzulqa’dah 1443/9 Juni 2022
(*)