WANHEARTNEWS.COM - Kunjungan Presiden Joko Widodo untuk menemui Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodimyr Zelensky lantaran telah melihat konflik dua negara tersebut sudah tidak jelas tujuannya.
Analisa itu disampaikan pakar pertahanan militer Connie Rahakundini Bakrie dalam acara diskusi Dialektika Demokrasi, "Misi Damai Jokowi Di Rusia-Ukraina, Efektifkah?”, Gedung Nusantara III, Komplek Parlemen, Senayan, Kamis (30/6).
“Kalau kita perhatikan, semua jalan keluar yang diberikan oleh negara barat, Amerika, Nato dan kawan-kawan terhadap konflik ini, sifatnya hanya dua, mengancam Rusia dengan sanksi atau membantu Ukraina dengan senjata dan itu membuat semuanya lebih kacau lagi,” ucap Connie.
Menurutnya, perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina ini sudah tidak jelas lagi tujuannya sehingga membuat Presiden Joko Widodo turun tangan untuk mendesak kedua negara melakukan gencatan senjata.
“Kenapa? karena tadi akhirnya perangnya jadi sudah tidak jelas, perang antara siapa dan siapa dan buat Vladimir Putin ini adalah sepertinya masalah kehormatan, begitu dia diberikan sanksi beragam dia malah apa membuktikan dia bisa,” ujarnya.
Dia berharap, agar perhelatan G-20 yang bakal berlangsung November nanti di Pulau Bali tidak ada kegaduhan perang antara Rusia dan Ukraina.
"Bangaimanapun kita Jangan sampai kita membiarkan pesta G-20 yang beratus meeting itu, pada endingnya di boikot tidak ada yang hadir. Makanya kemarin ketika perdana Menteri Inggris menyatakan tidak boleh memboikot G-20, itu kita harus syukuri,” katanya.
Selain itu, lanjut Connie, Indonesia juga harus menyambut baik dari kunjungan Presiden Jokowi di parlemen Italia. Sebab, 7 persen anggota parlemen tidak lagi setuju negara-negara NATO membantu senjata ke Ukraina.
“Karena itu yang membuat perang menjadi panjang, sebenarnya jadi jadi susah diukur gitu,” tutupnya.
Sumber: rmol