Hikayat Pemimpin Babi
Di sebuah hutan, seekor babi sedang mencalonkan diri hendak jadi kepala hutan. Wah, dia lakukan apapun agar dia jadi calon. Dia mulai lobi-lobi, bikin koalisi, dia bahkan singkirkan lawan politiknya dgn nyari rekomendasi, dll.
Hingga akhirnya, Babi ini berhasil dicalonkan. Lawannya Monyet, dan Burung Pipit.
Dimulailah periode kampanye. Babi ini sangat semangat menjual janji-janji, wah, omongannya besar sekali. Janji ini, janji itu. Ujung ke ujung janji. Fans babi ini juga semangat nyerang lawan-lawan politik babi. Bila perlu kampanye negatif.
Hari pemilihan. Menanglah Babi ini. Terpilih jadi kepala hutan.
Bertahun2 berlalu, ternyata warga hutan mulai mengkritik dong. Mengeluh. Komplain. Karena masalah tdk kunjung selesai, janji-janji tidak dipenuhi. Kecewa. Hidup mereka di hutan kok stuck, nggak maju-maju. Padahal hutan sebelah tambah modern dan canggih.
Setiap hari dikritik, Babi dan fans-fansnya itu tidak tahan dong.
Maka Babi ini bersama fans-nya, berdiri di depan rakyatnya, berseru:
"Heh, warga hutan, kamu kira jadi pemimpin itu mudah apa? Banyak masalah di luar sana yg di luar kendali saya. Kamu mah enak, cuma bisa kritik doang, coba kalau kamu yg jadi pemimpin, pasti nanti tahu susahnya jadi pemimpin. Kasih solusi dong. Jangan cuma kritik doang."
Hutan pun terdiam. Benar juga. Babi ini masuk akal.
Hingga seekor tupai memberanikan bicara.
"Babi dan fans-fansnya Babi, bukannya kamu dulu yg rebutan pengin jadi kepala hutan? Kamu dulu yg maksa banget? Ngasih janji-janji? Kenapa sekarang kamu ngeluh? Babi dan fans-fansnya Babi, kalau kamu tahu jadi pemimpin itu susah, kenapa dulu kamu maksaaa banget? Bahkan minta nambah?"
Begitulah hikayat pemimpin Babi dan fansnya. Betulan terjadi di hutan mereka. Cerita ini ditulis tanpa sedikit pun menyakiti hewan-hewan. Suer deh.
Oleh: Tere Liye, Penulis novel 'Si Babi Hutan', betulan ada novelnya, tapi beberapa hari sebelum draft final jadi, eh judulnya diganti.
*fb