Kunjungan eks pemain tim nasional Jerman, Mesut Özil, ke Jakarta pada 24-27 Mei lalu tidak bisa lepas dari peran Chief Executive Officer PT Concave Sukses Bersama, Bruno Saputan.
Di bawah kepemimpinan Bruno, Concave berhasil menggaet Özil sebagai Creative Director Concave Asia pada 2021. Özil mendesain pakaian dan sepatu olahraga di bawah payung Concave M10 sejak tahun lalu. Pemain Fenerbahce SK itu pun akhirnya diboyong ke Indonesia untuk merayakan peluncuran produk Concave M10 Gradient.
Tak hanya berhasil mendatangkan Özil, berkat tangan dingin Bruno, Concave berhasil melewati masa-masa sulit saat pandemi. Berbagai langkah dia lakukan agar perseroan bertahan di tengah turunnya permintaan.
Setelah pandemi mereda, pria yang juga menjadi Direktur Utama PT Aggiomultimex International Group (induk usaha Concave) ini mulai menyusun strategi untuk ekspansi.
Berikut ini kutipan wawancara Bruno dengan jurnalis Koran Tempo.
Bagaimana cerita kerja sama dengan Mesut Özil?
Kami pertama kali berkolaborasi sekitar Juli 2021. Ketika itu dia sudah mendesain sepatu, tapi kami baru produksi pada 2022. Maka pada peluncurannya kami mengundang Mesut Oezil.
Prosesnya seperti apa?
Mesut Özil kan dulu pernah main di Arsenal. Kalau kami di Indonesia lebih banyak penggemar Liga Inggris. Mesut Özil juga seorang muslim. Jadi, cocok untuk Indonesia. Tim Concave di UK lalu mendekati Mesut Özil. Mesut Özil setuju berkolaborasi karena mendengar Indonesia. Menurut dia, fannya di Indonesia cukup besar. Jadi, dia setuju. Lalu kami memulai kerja sama sebelum Juli 2021. Ketika dia oke, dia mulai dengan desain.
Kapan Mesut Özil ditunjuk sebagai Director Concave di Asia?
Setelah tanda tangan MoU dengan kami. Setelah Juli 2021.
Apakah yang mengusulkan agar Mesut Özil berkolaborasi dari Concave Indonesia?
Ya. Yang ngusulin dari Indonesia.
Apa rencana ke depan dengan Mesut Özil setelah peluncuran M10 Gradient?
Rencana ke depan, dia akan lebih aktif membuat kreasi desain sepatu. Lalu dia akan memulai pemilihan bahan-bahan sepatu. Karena dia player, dia tahu bahan mana yang enak dipakai. Untuk pemilihan warna, dia seleranya lebih ke selera anak muda. Jadi, kami akan tetap ada inovasi. Untuk sepatu bola, kami akan diskusi dengan dia, apakah dia punya usul supaya lebih enak, lebih ringan.
Bahan produk sepatunya dari mana?
Ada yang impor, tapi sebagian besar lokal. Kami akan berusaha untuk lebih banyak kandungan lokal. Sesuai dengan keinginan pemerintah, lebih banyak memakai bahan-bahan dalam negeri. Ini kan juga produk dalam negeri. Kami dapat lisensi dari Concave Global (Concave Global Pty Ltd dari Inggris). Untuk produksi semua produk Concave, kami produksi di pabrik kami di Cikupa.
Bahan-bahannya apakah dari mitra-mitra di sekitar Cikupa?
Kalau bikin sepatu itu kan bahannya banyak. Ada sekitar 10 sampai 20 macam. Ada sebagian besar bahannya diambilkan dari UMKM sekitar di daerah Cikupa, Tigaraksa, dan Tangerang.
Kenapa Concave memilih memproduksi sepatu bola yang pasarnya sangat spesifik?
Kami lihat market sepatu sepak bola di dunia besar. Di Indonesia sendiri juga banyak penggemar sepak bola. Kami pingin bikin sepatu sepak bola yang performanya bagus. Jadi, orang pakai bisa lebih nyaman, lebih enak, bisa mengontrol bola lebih baik. Kami punya teknologi ada tiga spesialisasi. Ada yang fokus kontrol, untuk mengontrol bola lebih baik. Ada yang fokus pada speed, yang ringan agar larinya lebih cepat. Ini biasanya untuk striker. Ada juga yang berfokus untuk power, kebanyakan dipakai untuk pemain bertahan. Dengan teknologi yang kami miliki, kelebihan performa pemain bisa sekitar 30 persen dari yang biasa. Dan ini sudah melalui lab di University of Melbourne.
Bagaimana strategi Concave saat menghadapi pandemi beberapa tahun lalu?
Kami melakukan efisiensi. Kami kurangi produksi. Yang penting kami pastikan stok untuk permintaan tetap ada. Kami bersyukur bisa memulai M10 ini. Kami baru launching sekarang. Beruntungnya sekarang pandemi sudah mereda.
Dampak pandemi seperti apa?
Untuk Concave, produksi turun sekitar 40 persen waktu pengetatan sekali.
Ada efisiensi terhadap karyawan?
Kami punya pabrik orientasinya lebih ke ekspor. Pada saat pandemi, ekspor turun, tapi tidak terlalu signifikan. Turun sekitar 20 persen. Dengan 20 persen itu, kami bisa mengatur efisiensinya. Pengaturan karyawannya.
Apakah ada PHK?
Tidak ada.
Sekarang mobilitas masyarakat relatif melonggar. Bagaimana dampaknya terhadap bisnis perseroan?
Kami punya pabrik sendiri, permintaan turun cuma 20 persen. Untuk saat ini, kami dapat ordernya kan per season. Jadi, kami harus melihat mungkin Juli baru kelihatan apakah terjadi peningkatan permintaan ekspor. Untuk lokal, mudah-mudahan dengan pelonggaran aktivitas, angka penjualan akan lebih naik.
Ada target peningkatan penjualan?
Target pasti ada. Peningkatan, karena selama masa pandemi permintaan agak rendah, paling enggak peningkatan penjualan 100 persen.
Berapa persen proporsi ekspor?
Ekspor kurang-lebih dua kali lokal. Kalau misal lokal 10 ribu, ekspor 20 ribu. Volume ekspor waktu pandemi sekitar 50 ribu.
Pasar ekspor ke mana?
Mayoritas ke UK.
Di Asia ada?
Ada. Ekspor ke Jepang.
Apa keunggulan Concave?
Ada tiga keunggulan teknologi itu. Itu yang akan kami jual. Melalui kolaborasi dengan Mesut Ozil, dengan desain-desain yang dia buat, mungkin bisa diterima tidak hanya di Indonesia, tapi juga di Eropa. Penjualan diharapkan meningkat. Kami kan enggak jual di sini saja.
Di Turki, tempat Oezil bermain, apakah ada?
Di Turki akan dibuka.
Gerai offline Concave baru ada satu. Apakah memang strategi Concave yang berfokus pada penjualan online?
Kami lebih banyak online. Karena kami pegang Asia Tenggara. Kalau orang dari negara lain mau beli, bisa lewat online. Tapi untuk toko offline akan kami tambah. Kemarin karena ada kendala pandemi, kami tahan dulu rencana pembukaan toko offline baru.
Berapa porsi penjualan offline terhadap total penjualan?
Karena baru ada satu, toko offline berkontribusi sekitar 15 persen dari total penjualan.
Berapa target penambahan gerai tahun ini?
Mungkin akan tambah satu atau dua gerai di Jakarta.
Apakah tidak ada rencana memilih brand ambassador?
Ada. Yang lalu kami ada brand ambassador, tapi kontraknya sudah selesai.
Apakah ada peluang untuk menjadi sponsor klub tertentu, seperti Persita atau Persikota, yang menjadi basis lokasi pabrik Concave?
Ada. Kami ada pembicaraan dengan Persita, tapi masih belum final. Kalau kami jadi supply sepatu ke mereka, kalau di liga kadang kan ada saling enggak suka antarklub. Itu akan mempengaruhi kami. Jadi, kami tidak akan support sebagai sponsor resmi, tapi kami akan support dalam hal-hal lain.
Atau mungkin sponsor pemain?
Ya, seperti itu.
Apakah ke depannya membuka kemungkinan berkolaborasi dengan pemain sepak bola dunia selain Mesut Oezil?
Mungkin kalau Oezil mengenalkan temannya, tidak tertutup kemungkinan seperti itu. Pembicaraan itu ada.
(Sumber: Koran TEMPO 6 Juni 2022)