Oleh: Sutoyo Abadi (Koordinator Kajian Politik Merah Putih)
Tokoh antagonis dideskripsikan oleh Ibnu Katsir di dalam Qishashul Anbiya. Di ceritakan tokoh Haman, pembisik sekaligus menteri segala urusan , segala kejahatan dan sifat penjilatnya di masa kisah kezhaliman Fir”aun. Andi Istana Fir”aun. Di dalam Al Qur’an : nama “Haman” disebutkan sebanyak 5 kali.
Haman bertugas sebagai penasehat, kepala istana, pengatur dan pengendali infrastruktur, panglima perang, pengendali stabilitas keamanan, pengontrol ucapan para pengkritik kerajaan, serta pengatur sekaligus pengendali segala bidang dan urusan.
Beda waktu, kejadian dan beda peristiwa yang diabadikan dalam Al Qur’an dengan kejadian sesudahnya hanyalah sebagai ilustrasi. Mungkin sekali tidak tepat bahkan salah. Hanya dari kaca benggala sejarah bahwa sebuah kejadian akan terulang pada waktu yang berbeda.
Haman di Indonesia saat ini – seperti identik dengan LBP. Haman jelas jelas melakukan perlawanan kepada utusan Allah SWT, Nabi Musa As., bahkan langsung melawan Sang Pencipta. LBP, identik dengan peranan Haman terus puter otak indikasi kuat ( non muslim ) ingin memusnahkan umat Islam dan tatanan konstitusi bahwa agama sebagai perekat kesatuan dan persatuan bangsa, bahkan dampaknya akan merusak kelola dan tatanan negara.
Haman sebagai pembisik yang selalu meneguhkan dan menguatkan bahwa Fir”aun adalah seorang titisan dewa Ra; dewa matahari yang patut disembah sekaligus dewa pemilik aliran sungai Nil. Haman selalu memuji tindak tanduk Fir”aun baik dan buruknya. Demikian juga LBP memiliki peran sentral mengendalikan Tuannya sebagai pembisik ke arah baik buruknya dalan mengendalikan dan mengelola Negara.
Haman tampil ke depan publik untuk mempengaruhi rakyatnya agar masih tetap percayai dengan Fir’an. Bermacam macam rekayasa dilakukan untuk menyelamatkan kekalahan Fir’aun oleh N. Musa. As. Haman memang terkenal hebat bersilat lidah menjilat penguasa. Haman ahlinya membuat tipu muslihat dengan argumentasi jeniusnya.
Demikian LBP harus melakukan rekayasa apapun untuk menyelamatkan Tuannya tentu ada misi menyelamatkan kerakusan dan kejahatan Oligarki. Ketika Haman mengatakan bahwa Tuhan Musa As tidak ada, dan hanya Tuan Fir’aun sebagai Tuhan. Lantas Fir”aun berterik di hadapan rakyatnya “Ana Rabbukumul “Ala! Akulah Tuhan kalian yang Tinggi!” Demi mendengar sanjungan sedemikian tinggi dari Haman, kian melambunglah kecongkakan Fir”aun dengan segala kepercayaan dirinya.
LBP harus mengatakan di bawah pimpinan Tuan Indonesia mengalami kemajuan luar biasa dan seraya mengatakan tidak ada tandingannya dengan Tuan sebagai Presiden Indonesia. Sekilas kedua kisah tersebut semua akan berahir Haman diabadikan dalam Al Qur’an sebagai contoh sejarah manusia terlaknat bersama Fir’aun. LBP tentu akan mencatat sejarahnya sendiri dan pasti akan di catat sebagai pelaku sejarah yang akan berahir dengan catatan gemilang atau catatan buram.
Sejarah Fir’aun dan Haman menjadi peringatan bagi manusia bahwa : “Kezaliman harus dihadapi , sabar itu bukan sekadar menolak penindasan, diam menghindari resiko berjuang yang hanya akan mendatangkan murka Allah. Tidak ada alasan, tidak berani mengatakan dan bertindak menegakkan dan membela kebenaran. Membela rakyat yang sedang susah dalam penderitaan. Celaka hanya mengurung diri di tempat ibadah. Ia berkata tentang dirinya, bahwa aku adalah orang yang bersabar, itulah selemah lemahnya iman”.
Sebagai pemimpin negara harus ingat akan celaka, tanpa kesadaran bahwa dalam tugasnya sebagai pemimpin negara hanyalah untuk melaksanakan amanah rakyat, bukan justru jumawa seolah berkuasa sebagai wakil Tuhan dan berubah menjadi tirani, Mbelgedes pasti akan hancur berantakan. (AHM)