WANHEARTNEWS.COM - Relawan Presiden Joko Widodo sejak 2012, Pro Jokowi alias Projo akhirnya meninggalkan PDI Perjuangan. Alasannya, Projo sudah tidak sejalan lagi dengan partai banteng.
Salah satunya, Projo menginginkan penambahan masa jabatan presiden. Wacana yang bertolak belakang dengan keinginan PDIP.
Analis politik Hendri Satrio berpendapat, relawan-relawan yang muncul jelang pemilu pada dasarnya mengikuti tokoh yang diusungnya. Khusus untuk Projo ini, setelah selesai pertarungan di pemilu mereka tidak dibubarkan. Sehingga, ada kesan para relawan pendukung meminta jatah dari tokoh yang diusungnya tersebut.
"Memang dilemanya, relawannya Pak Jokowi itu selesai pertarungan enggak dibubarin. Karena enggak dibubarin ikut Pak Jokowi terus, mereka bertransformasi juga. Sebagian ada yang ngarep-ngarep dapat jabatan, ngarep dapat posisi komisaris lah misalnya,” ucap Hensat kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (14/6).
Namun demikian, ditambahkan penggagas Lembaga Survei KedaiKOPI ini, kalaupun Projo membelot dari PDIP, tak akan mempengaruhi suara PDIP pada pemilu mendatang.
Pasalnya, PDIP bisa membentuk sejumlah relawan pemenangan. Seperti Projo yang dilahirkan oleh PDIP untuk mendukung Jokowi dalam dua pemilihan presiden.
"Apakah kemudian kalau Projo mbalelo dari PDIP, PDIP tetap bisa sukses? Bisa. Karena, yang pertama, umurnya PDIP itu lebih lama dibandingkan Projo. Kemudian, secara politik, PDIP lebih dilindungi undang-undang," paparnya.
"Jadi, bisa saja si PDIP tanpa Projo. Nanti juga akan timbul lagi relawan-relawan yang akan mendukung calon oleh PDIP,” imbuhnya.
Menurut Hensat, PDIP tidak akan khawatir ketika ditinggalkan Projo. Sebab, sebagai partai paling senior, PDIP memiliki loyalis yang sangat kuat di seluruh Indonesia.
"Lagipula sayap-sayap organisasi relawan PDIP kan banyak, jadi sebetulnya bukan hal yang terlalu berdampak signifikan bila Projo tidak lagi bersama PDIP,” tutupnya.
Sumber: RMOL