WANHEARTNEWS.COM - Pertemuan antara Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow menyita perhatian dunia.
Tak hanya, soal misi perdamaian yang diusung Jokowi saat bertemu dengan Vladimir Putin, akan tetapi cara penyambutan Presiden Rusia juga jadi perbincangan.
Ya, Vladimir Putin tidak menggunakan meja panjang khasnya saat menjamu Jokowi di Kremlin, Moskow, Kamis (30/6/2022) lalu.
Saat Jokowi dan Putin berbincang, keduanya hanya dibatasi sebuah meja kecil berukuran kotak yang di atasnya ada vas bunga sebagai pemanis.
Situasi tersebut berbeda jauh dibandingkan ketika Putin menjamu beberapa pemimpin negara lainnya belakangan ini, seperti Presiden Perancis Emmanuel Macron (7/2/2022) dan Kanselir Jerman Olaf Scholz (15/2/2022).
Para petinggi lainnya yang dijamu dengan meja panjang Putin adalah Presiden Iran Ebrahim Raisi (19/1/2022), Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban (1/2/2022), dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres (27/4/2022).
Semuanya dijamu Putin dengan meja yang menurut Reuters panjangnya 20 kaki atau enam meter. Dalam pertemuan, mereka duduk berjauhan dari ujung ke ujung dengan Presiden Rusia itu. Lalu, kenapa saat Jokowi bertemu Putin tidak dijamu dengan meja panjang?
Alasan Putin Pakai Meja Panjang
Saat bertemu Macron, Putin menggunakan meja panjang karena Presiden Perancis itu enggan melakukan tes PCR Covid-19 yang disyaratkan oleh Rusia.
Macron beralasan, ia menolak tes Covid karena khawatir Rusia dapat menggunakan DNA-nya, mengutip pemberitahuan dari dua sumber yang dekat dengan dia.
Kemudian, pejabat Perancis lainnya berkata kepada Reuters bahwa meja panjang Putin digunakan demi keamanan Presiden Rusia itu yang menerapkan protokol kesehatan ketat.
Alasan ketika menjamu Kanselir Jerman Olaf Scholz juga sama, yaitu karena penerus Angela Merkel tersebut menolak tes PCR Covid-19 oleh Rusia.
Namun, saat bertemu dengan menterinya sendiri pun Putin tetap duduk berjauhan walau tidak menggunakan meja panjang tadi.
Saat berdialog tatap muka dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada 11 April 2022, Putin duduk di ujung meja panjang lainnya yang berwarna coklat.
Tindakan Putin disinyalir karena Lavrov baru saja bertemu Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truzz pada 10 Februari di Moskwa, yaitu sepuluh hari setelah Truss dinyatakan positif Covid-19.
Adapun meja panjang Putin mulai viral fotonya sejak pertemuan dengan PM Hongaria Viktor Orban.
Menurut spekulasi The Guardian, penyebab memakai meja panjang adalah karena Orban tidak melakukan karantina sebelum bertemu Putin, padahal itu adalah syarat wajib untuk menemui sang Presiden Rusia. Putin dikenal paranoid tentang Covid-19.
Ia tetap menerapkan protokol kesehatan ketat dan menjaga jarak meski sudah divaksinasi lengkap termasuk booster.
Long Table Diplomacy
Menurut kolumnis Paul Dallison dalam tulisannya di Politico (11/2/2022), meja panjang Putin bertujuan agar tamu merasa tidak nyaman, termasuk tentunya demi menjaga jarak.
Menggunakan furnitur untuk membuat tamu tidak nyaman juga terjadi saat Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan menjamu Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen beserta Presiden Dewan Eropa Charles Michel di Ankara pada April 2021.
Ursula tidak mendapat kursi sehingga terpaksa duduk di sofa agak berjauhan dengan Erdogan dan Charles Michel. Peristiwa itu dikenal sebagai Sofagate.
Taktik long table diplomacy ini kemungkinan juga berpengaruh pada hasil pertemuan Putin dengan Macron.
Ketika berangkat dari Perancis, Macron dengan sangat pede menjanjikan pembicaraan intens dengan Putin untuk mencari solusi bersejarah dalam perang Rusia-Ukraina.
Presiden Prancis Emmanuel Macron (kanan) bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) di Moskow pada 7 Februari 2022, untuk pembicaraan dalam upaya menemukan titik temu di Ukraina dan NATO. (SPUTNIK / AFP)
Namun, setelah lima jam pembicaraan di meja panjang Putin, Macron pulang dengan tangan hampa. Menurut The Guardian, meja panjang Putin adalah unjuk kekuatan untuk menaklukkan Macron.
Walaupun identik dengan Putin, meja panjang itu sebenarnya sudah ada sejak lama di Kremlin, tepatnya saat masa pemerintahan Boris Yeltsin sebagai presiden pertama Rusia pada 1991-1999.
Renato Pologna pengusaha OAK Furniture di Italia mengeklaim sebagai pembuat meja panjang Putin itu, dikutip dari Al Jazeera. Pologna membuatnya sesuai pesanan dan diantar ke Kremlin pada 1995. Itu adalah pesanan terbesarnya sepanjang masa.
Bahasa Tubuh Tak Pernah Bohong
Politikus PDI Perjuangan Budiman Sudjatmiko membuat perbadingan saat Vladimir Putin bertemu Presiden Jokowi, Kamis (30/6/2022) dan Putin bertemu dengan Presiden Prancis Emanuel Macron beberapa waktu sebelumnya.
Lewat sebuah foto, Budiman membandingkan foto keduanya dan disebutnya dengan ‘sejarah dan bahasa tubuh tidak bohong'.
Budiman menyampaikannya ini dalam akun Twitternya @budimandjatmiko pada Kamis malam (30/6/2022) serta membagikan foto kolase tiga pertemuan Putin itu.
Di bagian atas dalam foto kolase yang dibagikan Budiman, terlihat Putin berdiskusi dengan Jokowi.
Jarak antara Putin dan Jokowi dipisahkan meja kecil yang berisikan hiasan bunga dan pulpen, serta kertas-kertas kecil.
Mereka duduk kursi. Keduanya bercengkrama, terlihat lekat dan dekat lewat sebuah sunyuman di wajah Jokowi yang sumringah.
Lantas, ia membagikan foto saat Putin bertemu Macron dan Putin saat bersama Kanselir Jerman Olaf Scholz.
Dari foto keduanya, tampak Putin dengan Macron dan Olaf Scholz dipisahkan dengan sebuah meja yang panjangnya berkali-kali lipat dibandingkan saat pertemuan dengan Jokowi.
“Bawah saat Putin menerima Pak Jokowi (dari negerinya BungKarno, sohib lama Rusia). Sejarah dan bahasa tubuh tak pernah bohong,” ujar Budiman.
Bawah: saat Putin menerima Macron (dr negerinya Napoleon yg menyerbu Rusia) & Olaf Scholz (dr negerinya Hitler yg menyerbu Rusia)
— Budiman Sudjatmiko (IG: masbud_sudjatmiko) (@budimandjatmiko) June 30, 2022
Atas: saat Putin menerima pak @jokowi (dr negerinya Bung Karno, sohib lama Rusia)
Sejarah & bahasa tubuh tak pernah bohong pic.twitter.com/PB6HNMYBh2
Budiman juga menjelaskan, selain misi perdamaian, Jokowi juga ditipi pesan negara-negara berkembang pada Putin.
“Untuk buka pasok global pangan dan pupuk yang tertutup gara-gara perang. Sudah lama Presiden RI tak dititipi aspirasi negara-negara berkemabg untuk disampaikan ke negara kuat,” papar pendiri Partai Rakyat Demokratik (PRD) itu.
“Saya suka kalau pemimipin Indonesia mainnya jauh dengan percaya diri seperti ini,” ungkapnya.
Sumber: tribun