Jujur, saya ngeri mengikuti kisah Kopda Muslimin...
Gegara cem-ceman, nekad berkonspirasi menghabisi istrinya sendiri. Habis itu b u n u h diri, naudzubillah. Niatnya menghabisi istri malah dia sendiri yg metong. Sebelum metong, sempat ngajak cem-ceman melarikan diri tapi ditolak. Ngenes amat. Pasti saat ini lagi nyesel di alam kubur.
Kaget aja, senekad itu dirinya. Ngeri melihat betapa pesona wanita lain bisa membuat gelap mata dan berujung pada kebinasaan. Padahal mereka baru kenal 7 bulan. Kenal belum lama tapi efeknya membuat sengsara di dunia dan akhirat.
Andai Kopda Muslimin mau merenung sejenak saja tentang negri keabadian, mungkin dia tidak akan senekad itu. Betapa siksa alam barzah itu pedih. Kuburan menghimpit dari setiap sisi. Dan tak ada istirahat sedetikpun.
Saya bisa memahami jika laki-laki gampang tergoda dan terbutakan hatinya. Itulah pentingnya memilki lingkungan yg baik. Lingkungan yg berusaha mengingatkan ketika mulai melenceng jauh.
Andai Kopda Muslimin ketika tergoda dengan wanita lain segera diingatkan oleh temen-temennya, mungkin beda lagi ceritanya. Memang tak boleh berandai-andai. Saya cuma sedang menganalogikan betapa lingkungan itu sangat berpengaruh terhadap akhir hidup seseorang.
Kita berharap bisa selalu menemukan lingkungan yg baik. Menemukan teman-teman yg selalu mengingatkan akan kampung akhirat. Teman yg segera menarik ketika sedang terjerumus. Dan semua itu hanya bisa ditemukan pada orang-orang yang hatinya tertambat pada kampung akhirat.
Seseorang akan dimatikan sesuai kebiasaannya semasa hidup. Kini saatnya kita membangun kebiasaan yg baik. Agar kelak ketika saatnya berpulang, kita bisa kembali dalam keadaan sebaik-baiknya...
Yaa muqollibal qulub, tsabit qolbi ala dinika...
(Widi Astuti)