MEMAKNAI IDUL ADHA
Oleh: Azwar Siregar
Saya bukan Ustadz. Tapi bolehlah mengaku sebagai Santri. Saya tamatan Pesantren.
Jadi mohon dimaafkan kalau berbagai pandangan saya tentang Idul Adha akan dangkal. Cuma pandangan awam.
Bagaimanapun, saya tetap berharap kita khususnya Umat Islam lebih fokus ke makna dan memaknai Idul Adha. Ketimbang meributkan perbedaan hari dan tanggal untuk merayakannya.
Bagi saya sangat banyak makna dan hikmah dari Idul Adha.
Kita mulai dari Proses Hajinya. Dasar dari perayaan Idul Adha.
Poin Pelaksanaan Ibadah Haji yang paling menarik bagi saya ada dua. Kebersamaan (Persatuan) dan Persamaan (Kesetaraan).
Bicara Kebersamaan (Persatuan), semua Umat Islam dari seluruh Dunia berkumpul. Datang mengunjungi Baitullah. Rambut Lurus. Rambut Keriting. Kulit Putih. Kulit Merah. Kulit Sawo Matang. Kulit Hitam. Semua datang. Semua identitas yang manusia ciptakan luruh. Tersisa satu identitas: Muslim!
Artinya di mata Allah SWT, semua manusia sama. Perbedaan ras dan warga negara. Atau apapun identitas yang dibuat oleh manusia. Di mata Allah SWT tidak ada. Semua adalah Hamba-Nya.
Persamaan ini semakin dipertegas dengan ritual haji. Misalnya penggunaan Kain Ihram. Mau sekaya dan semiskin apapun. Setinggi atau serendah apapun jabatan. Semua diwajibkan hanya boleh menggunakan dua carik kain tanpa jahitan (laki-laki). Dan kaum perempuan dengan pakaian yang menutup aurat.
Catatan :
Rambut perempuan itu aurat. Makanya Perempuan Sholat dan pakaian ihram perempuan wajib menutup rambut.
Puncak dari Kebersamaan dan Persamaan sesama Umat Islam ini adalah ketika Wukuf di Padang Arafah. Semua umat Muslim dari seluruh dunia berkumpul di sebuah Padang Gersang. Tidak ada Raja. Tidak ada Presiden. Tidak ada Menteri. Tidak ada Petani. Tidak ada Jenderal. Semua sama. Menyatu dalam kebersamaan.
Sisi paling menariknya. Kebersamaan (Persatuan) Umat Islam ini bukan hanya dirasakan oleh para peserta haji. Tapi Umat muslim sedunia. Karena akhir dari prosesi ibadah ini dirayakan oleh Umat Islam Sedunia. Yaitu Hari Raya Idul Adha.
Kebersamaan ini kemudian dirayakan dengan kebahagiaan seluruh umat manusia. Seluruh penghuni Bumi. Muslim maupun bukan muslim. Penyembelihan Qurban. Yang dagingnya dibagikan kepada para tetangga. Tidak harus muslim. Tidak ada sekat agama.
Begitu luar biasanya makna Haji dan Idul Adha ini. Sangat sayang sekali kalau membuat kita Umat Islam sampai terpecah. Hanya gara-gara perbedaan tanggal dan hari untuk merayakannya. Padahal tujuannya justru untuk Kebersamaan (Persatuan) dan Persamaan sesama Muslim. Juga Kebersamaan (Persatuan) dan Persamaan dengan sesama Manusia yang di Islam kita percaya adalah ciptaan Allah SWT.
Selamat Merayakan Kebersamaan dan Persamaan wahai semua Manusia Penghuni Planet Bumi.
(*)