WANHEARTNEWS.COM - Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun, menanggapi soal CCTV yang ditemukan terkait kasus penembakan Brigadir J di rumah dinas Kadiv Propam nonaktif Irjen Ferdy Sambo pada Jumat (8/7/2022).
Sebelumnya, pihak kepolisian menyebut bahwa CCTV di rumah Irjen Ferdy rusak karena tersambar petir sejak dua minggu sebelum kejadian.
Namun, beberapa hari setelah kasus tersebut, kini Mabes Polri mengungkap penemuan CCTV di sekitar rumah Ferdy.
Refly Harun pun membandingkan tindakan tersebut dengan modus yang digunakan dalam kasus penembakan Laskar FPI di KM 50 Tol Cikampek.
“Modus CCTV mati ini adalah modus yang sama dengan KM 50 ya,” ucapnya dikutip Populis.id dari kanal YouTube Refly Harun yang diunggah pada Kamis (21/7/2022).
Ia melanjutkan, “Tiba-tiba tidak ada lagi fakta atau bukti yang tidak bisa diajukan selain dari pihak kepolisian sendiri karena semua bukti itu tidak bisa dikemukakan.”
Setelah itu, Refly Harun menjelaskan alasan mengapa diperlukan tim independen dalam mengungkap kasus baku tembak antara Brigadir J dengan Bharada E tersebut.
Hal itu bukan berarti ada kebencian terhadap institusi kepolisian, tetapi hal itu dilakukan demi menegakkan kebenaran dan keadilan.
Ia menjelaskan, “Ini sebenarnya (alasan) orang menganggap bahwa perlu yang namanya tim independen dalam kasus-kasus yang ada potensi conflict of interest (konflik kepentingan).”
“Dengan ngomong begini, tidak berarti kita tidak suka dengan institusi kepolisian. Kadang-kadang saya agak bersedih juga tidak bisa membedakan antara menegakkan kebenaran dan keadilan dengan suka atau tidaknya institusi. Institusi kepolisian is a must. (Tapi) Ini terkait dengan keinginan masyarakat untuk melihat kebenaran dan keadilan,” sambung Refly.
Menurutnya, jika penegak hukum tidak bisa diandalkan untuk menegakkan kebenaran, maka kepada siapa masyarakat berharap?
“Kalau penegak hukum tidak bisa diandalkan misalnya, dalam menegakkan kebenaran dan keadilan, maka kepada siapa lagi kita berharap kalau ada kasus-kasus hukum seperti ini,” jelasnya.
Soal penemuan CCTV, Refly Harun juga bertanya-tanya apakah CCTV tersebut memiliki rekaman yang lengkap.
“Setelah ditemukan, apakah kemudian CCTV-nya itu lengkap atau tidak?” tanyanya.
“Kita tidak bisa mendapatkan informasi apa-apa karena belum ada pemeriksaan ya soal kejadian tersebut,” tambah Refly.
Ia menilai bahwa jika CCTV tersebut tidak disortir, seharusnya ada sesuatu yang bisa menggambarkan kejadian di rumah Irjen Ferdy Sambo pada hari itu.
Refly mengatakan, “Tetapi, sekali lagi, kalau memang benar CCTV tersebut tidak disortir, maka dia bisa menggambarkan kejadian di rumah Ferdy Sambo tersebut, minimal tembak menembak itu terdengar.”
“Tapi jangan salah, tembak menembak itu kalau tidak terlihat orangnya bisa (jadi) persoalan juga. Kan bisa saja dia buat tembak menembak,” sambungnya.
Sumber: populis