Tingkat Keikhlasan Ada Empat
1. Beribadah untuk meminta kepada Allah dalam hajat duniawi, seperti shalat sebelum safar untuk meminta keselamatan, ini boleh.
2. Beribadah untuk mendapatkan surga, ini seperti berdagang dengan Allah. Boleh bahkan lebih baik daripada untuk hajat duniawi
3. Beribadah karena takut dari neraka. Ini juga boleh dan tidak keluar dari ikhlas. Ini lebih baik daripada kedua sebab di atas, merasa ibadahnya belum tentu cukup untuk menebus dirinya dari neraka.
4. Beribadah hanya untuk bersyukur kepada Allah semata, inilah ikhlas yang tertinggi yang dikatakan oleh Nabi shollallohu alaihi wasallam ketika shalat malam sampai bengkak kaki beliau.
Dari Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ berkata,
أَنَّ نَبِيَّ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُوْمُ مِنَ اللَّيْلِ حَتَّى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ فَقَالَتْ عَائِشَةُ لِمَ تَصْنَعُ هَذَا يَا رَسُوْلَ اللهِ وَقَدْ غَفَرَ اللهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ قَالَ أَفَلَا أُحِبُّ أَنْ أَكُوْنَ عَبْدًا شَكُوْرًا
“Sesungguhnya Nabi SAW mengerjakan qiyamul lail sampai kedua kaki beliau pecah-pecah, maka saya bertanya, ‘Mengapa engkau melakukan ini, wahai Rasulullah, padahal Allah SWT telah mengampuni dosa-dosamu yang telah berlalu dan yang akan datang?’ Beliau pun menjawab, ‘Mengapa aku tidak senang untuk menjadi hamba yang bersyukur?' (Muttafaq ‘alaih)
(Ustadz Abdul Hakim)