WANHEARTNEWS.COM - Ketua MPR Bambang Soesatyo berharap Indonesia bisa semakin maju seiring HUT ke-77 RI. Hal ini diungkapkan sosok yang akrab dipanggil Bamsoet itu di acara peringatan HUT MPR ke-77 sekaligus Hari Konstitusi di Kompleks Parlemen, Senayan.
Bamsoet berharap Indonesia bisa maju seperti China dan Korea Selatan. Ia menyoroti hari kemerdekaan China dan Korea Selatan tak jauh dari Indonesia, tetapi perbedaan kemajuan kedua negara cukup drastis.
"Saat kita merdeka, tingkat GNP kita jauh lebih tinggi dari Korea Selatan. Namun kali ini berbeda, tingkat percepatan kemajuan Korea Selatan yang kemerdekaannya hanya terpaut dua hari dengan Indonesia sudah masuk kategori negara 'maju'," kata Bamsoet, Kamis (18/6).
"Kita sering mendengar, Indonesia sulit untuk bangkit karena jumlah penduduk yang besar. Namun, ini terbantahkan dengan Tiongkok (China) yang hari ini sangat maju. Tiongkok (China) merdeka tahun 1949,"- Bamsoet.
Menurut Bamsoet, Indonesia memiliki seluruh persyaratan untuk menjadi negara maju. Mulai dari memiliki jumlah penduduk yang besar, sumber daya alam yang melimpah, potensi ekonomi maritim dan kelautan yang tidak terhingga, pemandangan alam yang indah, hingga letak geografis yang strategis sebagai negara kepulauan yang menjadi jalur perdagangan dunia.
Untuk meraih kemajuan itu, ia berpendapat Indonesia hanya perlu bangkit lebih kuat, mempertahankan warisan baik bangsa, menjadikan konstitusi sebagai landasan bagi kebangkitan ekonomi Indonesia, mau belajar, membuka diri, dan mengerti jalannya logika negara lain yang telah lebih cepat maju.
"Presiden Soekarno berpesan, bangsa Indonesia jangan mau menjadi 'bangsa kuli' dan menjadi 'kuli bangsa-bangsa lain'. Presiden Jokowi dalam suatu kesempatan pernah menyampaikan, kita tidak boleh menjadi bangsa yang masih bermental 'inlander' dan bersikap 'inferior' ketika berhadapan dengan bangsa lain," kata dia.
"Untuk tidak menjadi 'bangsa kuli' dan menjadi 'kuli bangsa-bangsa lain', tidak bermental 'inlander' dan bersikap 'inferior', Indonesia tidak boleh hanya dijadikan sebagai sumber bahan baku murah oleh negara-negara industri-kapitalis, 'pasar' untuk menjual produk-produk hasil industri negara-negara industri-kapitalis, serta sebagai tempat memutar kelebihan kapital dari negara-negara industri maju," pungkasnya.
Sumber: kumparan