WANHEARTNEWS.COM - Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) babak belur. Lemabaga negara sebagai pengawas tugas-tugas kepolisian dan memberikan masukan kepada Presiden ini dituding ikut menyebarkan berita bohong terkait skenario tembak menembak di awal terkuaknya kematian Brigadir J pada 8 Juli 2022 silam.
Dalam beberapa video yang beredar, Ketua Harian Kompolnas Irjen. Pol. (Purn.)Benny Mamoto mengatakan bahwa tidak ada kejanggalan dalam kasus Brigadir J.
Bahkan dia juga menceritakan terjadinya pelecehan seksual dan membenarkan adanya tembak menembak antara Brigadir J dan Bharada E.
Seperti dikutip akun TikTok Lapak Berita, Benny Mamoto dinilai terlalu dini mengatakan bahwa tidak terjadi apa-apa sudah menyatakan tidak ada kejanggalan dalam kasus penembakan ini. Padahal, saat itu satu republik mulai netizen hingga petinggi negara melihat jelas kejanggalan di kasus ini.
Beragam spekulasi dan tudingan pun diarahkan ke Benny Mamoto. Dia diduga turut menjadi bagian dari pembuat skenario tembak menembak seperti pada awal kasus ini terkuak.
Bahkan Kompolnas terkesan jadi Humas atau juru bicara Kapolres Jaksel. Ironisnya belakangan Kapolres Jaksel Kombes Budhi Herdi Susianto pun dicopot dari jabatannya dan dimutasi.
Benny Mamoto berkilah bahwa pernyataannya itu terlontar setelah terjadi perdebatan di publik. Di antaranya soal adanya jari dipotong.
"Kami datang ke Polres Jaksel. Kebetulan Kapolres selesai rilis dan kami ditemui Kapolres dan Kasatreskrim, kami tanyakan ada jari yang dipotong, jawab kapolres tidak ada, ini fotonya," kata Benny.
Bahkan, Benny Mamoto juga mengaku sudah menanyakan soal olah TKP dan dijelaskan Kapolres proses olah TKP tersebut.
"Setelah ramainya di media saya berusaha, karena tugas Kompolnas untuk mengamati kasus-kasus yang menonjol. Kami datangi Kapolres dan menanyakan penanganan kasusnya dan rekonstruksinya bagaimana, siapa yang diundang dari pelapor, sampai akhirnya kami tanyakan sudah clear...sudah clear, tidak ada masalah," paparnya meniru ucapan Kapolres Jaksel saat itu.
Benny membenarkan bahwa ia turun langsung ke Polres Jaksel dan penyidik karena banyaknya silang informasi hingga banyak spekulasi di masyarakat.
"Peran Kompolnas terbatas, tidak seperti Komnas HAM. Komnas HAM punya wewenang penyelidikan," kilah Benny.
Benny menegaskan bahwa posisi Kompolnas adalah netral. Soal terkesan membela bekas Kapolres Jaksel, Benny menegaskan bahwa pihaknya hanya bisa klarifikasi.
"Kami hanya bisa klarifikasi, soal jawabannya kemudian bohong, dimutasi dan dinonaktifkan, masa' kita nggak bisa percaya sama aparat?" cetusnya.
Untuk membuktikan dirinya netral, Benny mengungkapkan bahwa ia sudah mendatangi keluarga korban Brigadir J di Jambi.
"Wujud saya netral, saya mendengar keluh kesah keluarganya. Termasuk kemudian kalau ada risiko saya mengutip (pernyataan Kapolres) ini (kebohongan cerita) itu risiko saya," tutupnya.
Sumber: poskota