WANHEARTNEWS.COM - Pasukan penjaga perdamaian yang tergabung dalam Kosovo Force (KFOR) yang dipimpin NATO melakukan penjagaan di Kota Kosovska Mitrovica, di utara wilayah Kosovo yang memisahkan diri dari Serbia pada Sabtu malam waktu setempat.
Rekaman yang diedarkan media lokal menunjukkan pasukan tersebut - tampaknya unit carabinieri Italia - terlihat menjaga sebuah jembatan di seberang sungai Ibar yang membelah kota di mana pada bagian utara dihuni oleh penduduk Serbia, dan bagian selatan sebagian besar dihuni oleh etnis Albania.
KFOR, misi penjaga perdamaian yang dipimpin NATO, mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Minggu malam (31/7) bahwa pihaknya siap untuk campur tangan jika stabilitas wilayah itu terancam.
RT melaporkan Senin (1/8) bahwa KFOR telah ditempatkan dalam siaga tinggi, dengan konvoi militer besar yang terdiri dari sekitar 30-40 kendaraan terlihat menuju perbatasan antara wilayah yang memisahkan diri dan seluruh Serbia. Polisi khusus Kosovo juga terlihat aktif memindahkan peralatan dan personelnya.
KFOR mengatakan akan “mengambil tindakan apa pun yang diperlukan untuk menjaga lingkungan yang aman dan terjamin di Kosovo setiap saat, sejalan dengan mandat PBB-nya.”
Etnis Serbia dilaporkan telah mendirikan barikade di beberapa jalan di Kosovska Mitrovica dan sekitarnya. Setidaknya satu orang Serbia dilaporkan dipukuli oleh unit polisi Kosovo ketika dia mencoba melewati barikade. Pria yang terluka dilaporkan dirawat di rumah sakit.
Ketegangan terjadi ketika pemerintah etnis Albania di wilayah yang memisahkan diri itu bergerak maju dengan rencananya yang kontroversial untuk melarang kendaraan berplat nomor Serbia. Perdana Menteri Kosovo Albin Kurti mengklaim langkah itu terkait dengan keadilan dan hukum yang setara di semua wilayah yang diklaim pemerintahnya.
Sementara itu Presiden Serbia Aleksandar Vucic menuduh pihak berwenang Kosovo berusaha untuk memaksakan hal-hal yang tidak berhak mereka terapkan kepada orang-orang di utara Kosovo-Metohija, memperingatkan bahwa Beograd tidak akan tinggal diam.
“Atmosfer telah memanas, dan Serbia tidak akan mengalami kekejaman lagi,” kata Vucic, menambahkan bahwa pelarangan plat nomor itu merupakan bagian dari upaya untuk memaksa etnis Serbia yang tersisa keluar dari Kosovo.
Caroline Ziadeh, kepala misi PBB di provinsi UNMIK, mendesak kedua belah pihak “untuk mengatasi masalah dengan itikad baik melalui dialog yang difasilitasi UE, untuk memperkuat stabilitas dan keamanan untuk semua.”
Hubungan antara Serbia dan suku bang Albania (yang sebagian besar tinggal di Kosovo) telah mengalami pasang surut sejak sebelum abad ke-19. Konflik antara dua negara tersebut dilatarbelakangi oleh sejumlah peristiwa sejarah dan politik.
Diskriminasi etnis dan agama menjadi salah satu yang memicu pertikaian kedua pihak di mana konflik Serbia-Albania terus memanas selama Perang Balkan I, Perang Dunia, dan puncaknya pada Perang Kosovo.
Ketegangan antara etnis Serbia dan Albania ini masih terus terasa di wilayah Republik Kosovo, yang mendeklarasikan kemerdekaannya dari Serbia pada 2008.
Sumber: RMOL