WANHEARTNEWS.COM - Beredarnya video Puan Maharani yang tengah membagikan kaos di kerumunan warga mengundang perhatian publik.
Pasalnya, dalam video cuplikan pemberitaan stasiun televisi nasional itu, ekspresi wajah Puan dinilai cemberut oleh warganet saat melemparkan kaos-kaosnya.
Menanggapi video tersebut, pegiat media sosial sekaligus pengamat politik Jhon Sitorus menyebut Puan lahir di tengah kemewahan.
Hal ini dinyatakan sendiri oleh Jhon Sitorus melalui akun Twitternya Selasa (27/9/2022).
Pada unggahannya di akun Twitter @miduk17, Jhon Sitorus membagikan video Puan yang tengah membaikan kaus kepada warga.
"Merakyat itu tak bisa berpura-pura, wajah asli itu akan keluar begitu situasi membuat tak nyaman," tulis John Sitorus.
"Bagaimana mau merakyat bila lahir di tengah kemewahan dan nama besar? Bagaimana mau merasa nyaman bila tak pernah memulai dari bawah bersama rakyat?" imbuhnya.
Lebih lanjut dia menyarankan Puan untuk beristirahat sejenak.
"Jangan dipaksakan, istrahatlah sejenak," tambahnya lagi.
Merakyat itu tak bisa BERPURA2. WAJAH ASLI itu akan keluar begitu situasi membuat tak nyaman
— Jhon Sitorus (@Miduk17) September 26, 2022
Bagaimana mau merakyat bila lahir ditengah kemewahan & nama besar?
Bagaimana mau merasa nyaman bila tak pernah memulai dari bawah bersama rakyat?
Jangan dipaksakan, istrahatlah sejenak pic.twitter.com/XbqK6NLfVs
Cuitan Jhon Sitorus sontak mengundang berbagai respons dari warganet.
"Melihat mimik wajahnya, memberi dan melempar kaus dengan wajah cemberut, kok seperti tidak tulus ya," komentar warganet.
"Bekerjalah dengan hati, jadilah dirimu sendiri enggak usah terlihat seperti orang lain. Capek pasti," tambah warganet.
"Yang benar-benar lahir dan pernah hidup susah merakyat kayanya hanya presiden yang saat ini saja, untuk calon-calon berikutnya enggak ada, paling yang agak mendingan masih berbaur dekat dengan rakyat, hanya Ganjar saja, itu pun kalo dicalonkan," imbuh warganet lain.
"Tanpa nama dan keturunan, nih emak-emak cuma akan jadi IRT yang kerjaaannya ghibah ditukang sayur atau jadi admin ketak ketik di pabrik daerah," tulis warganet di kolom komentar.
"Merakyat itu saban hari pergi kerja ke kantor naik KRL di jam sibuk, merasakan berdesak-desakan di gerbong kereta dan naik-turun tangga untuk pindah jalur di Stasiun Duri dan Manggarai," timpal lainnya.
Sumber: suara