WANHEARTNEWS.COM - Rusia kembali menjadi sorotan dan kritikan ketika Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov meninggalkan ruangan pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa sesaat setelah menyampaikan pidato.
Lavrov berjalan keluar usai menyampaikan kecamannya terhadap pasukan Ukraina yang melakukan "tindakan ilegal" dengan menyerang “warga Donbas yang damai.”
Lavrov tiba di pertemuan itu terlambat. Setelah menyampaikan pidatonya, tak lama ia pergi dan menolak untuk tetap berada di sana untuk menyimak pidato dari AS yang menuduh Rusia melakukan kejahatan perang dan melanggar Piagam PBB.
Blinken dalam pidatonya mengkritik Rusia atas perangnya di Ukraina termasuk negara-negara yang terus mempertahankan “hubungan dekat” dengan Moskow. Saat Blinken berbicara, Lavrov bangki dari kursinya dan pergi.
Melihat pemandangan seperti itu, seorang pejabat AS mengkritik Lavrov, mengatakan bahwa Lavrov tampaknya tidak tahan mendengar pesan yang jelas dan berulang-ulang tentang kecaman atas perang Rusia melawan Ukraina.
Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly mengkritik Lavrov saat tiba pada gilirannya untuk bicara di sesi tersebut. Ia mengecam sikap Lavrov yang hanya berada di pertemuan Dewan Keamanan PBB di Ukraina untuk waktu yang singkat dan melewatkan kritikan terhadap Rusia dari diplomat Barat.
"Dia telah meninggalkan ruangan, saya tidak terkejut," katanya. “Saya tidak berpikir Tuan Lavrov ingin mendengar kecaman kolektif dari dewan ini,” katanya.
Lavrov dalam pidatonya menuduh Ukraina dan sekutu Barat "kebal hukum" di wilayah Donbas timur, mengklaim bahwa Kyiv menolak hak-hak dasar penduduknya yang sebagian besar berbahasa Rusia.
“Orang-orang disana hidup dalam keterbatasa, dengan ditolak hak pensiun mereka, subsidi mereka, akses ke pendidikan, dan hak-hak sipil dasar,” kata Lavrov.
Dia berargumen bahwa Ukraina dan sekutunya – Jerman, Prancis, dan Amerika Serikat – berusaha untuk meluncurkan narasi yang sama sekali berbeda tentang agresi Rusia.
Alih-alih membujuk Kyiv untuk mengimplementasikan perjanjian Minsk yang mengakhiri perang Donbas pada tahun 2014, Barat malah mengabaikan tindakan represif Ukraina, termasuk “mengusir” orang-orang berbahasa Rusia di Donbas.
Dia juga mengatakan Baratlah yang akhirnya memaksa Rusia untuk meluncurkan "operasi militer khusus". Barat berusaha melindungi keamanannya sendiri dan menggunakan tangan orang lain.
Sumber: RMOL