WANHEARTNEWS.COM - Kenaikan harga BBM bersubsidi akan menambah beban hidup masyarakat kelas menengah ke bawah. Kondisi ini dikhawatirkan akan membuat daya beli masyarakat menurun drastis hingga memicu inflasi besar seperti yang pernah terjadi pada 1998 dan 2004 silam.
Seperti dituturkan mantan Menteri Keuangan RI, Fuad Bawazier, kenaikan BBM yang diikuti dengan memberikan BLT oleh pemerintah tidak menjadi jaminan laju inflasi bisa ditekan.
"Kenaikan harga BBM akan menimbulkan inflasi berantai. Untuk itu pemerintah memberikan Bansos sampai akhir tahun, setiap bulan Rp 150 ribu atau Rp 600 ribu kepada kaum yang membutuhkan, dikelola Kementerian Sosial. Solusi ini, seakan-akan inflasinya akan selesai pada akhir tahun. Padahal kita tahu setelah tidak ada Bansos, inflasi tetap berlanjut,” papar Fuad kepada Kantor Berita Politik RMOL, Senin (5/9).
Menurut Fuad, seharusnya pemerintah tidak menaikkan BBM dan tidak perlu mengeluarkan bantuan sosial. Pasalnya, memberikan bantuan sosial bukanlah solusi terbaik untuk rakyat yang sedang kesusahan.
"Karena itu, tidak heran bila kita sering dengar statement 'lebih baik tidak ada tambahan Bansos asalkan harga BBM tidak naik'. Resep ini juga sama dengan yang dulu-dulu ketika menaikkan harga BBM, yaitu mau mengalihkan subsidi kepada yang berhak. Rupanya tidak berhasil atau cuma lips service? “ ucapnya.
Fuad menambahkan, jika alasan pemerintah menaikkan BBM subsidi lantaran dinikmati orang-orang kaya, seharusnya pemerintah memiliki solusi terbaik agar masyarakat rentan miskin bisa menikmati BBM subsidi dengan baik.
"Nah, dari dulu masa salah sasaran melulu, padahal sudah delapan tahun berkuasa. Masa delapan tahun tidak mampu memperbaiki bila subsidinya masih dinikmati oleh pihak yang seharusnya tidak menikmati subsidi? Nah, bagaimana politik subsidinya selama itu?” tutupnya.
Sumber: RMOL