WANHEARTNEWS.COM - Jutaan warga Chengdu, China, dilaporkan panic buying hingga menyerbu hampir setiap toko, pasar, hingga swalayan yang ada di kota itu demi membeli pasokan kebutuhan pokok menjelang lockdown.
Penutupan wilayah kembali diterapkan di kota dengan total 21 juta penduduk itu gegara penularan Covid-19 harian naik hingga capai lebih dari 700 kasus dalam sepekan terakhir.
Berdasarkan unggahan tautan Twitter Manya Koetse, pemimpin redaksi di What's on Weibo, tampak warga ramai berebut daging, sayuran, beras, dan kebutuhan lainnya sebelum pemerintah mengisolasi kota itu.
"Beberapa fenomena di Chengdu sebelum lockdown seluruh kota diterapkan," ujar Koetse dalam pernyataaan Twitter pada Kamis (1/9).
Koetse juga mengunggah foto-foto yang memperlihatkan kekacauan di mana masyarakat buru-buru pergi ke swalayan untuk membeli daging sampai menghancurkan mesin pendingin yang ada di toko tersebut demi mengamankan stok pangan selama lockdown berlangsung.
Beberapa pengunjung swalayan bahkan membeli daging dan makanan pokok lainnya dalam jumlah banyak hingga memenuhi bagasi mobil mereka. Warga lainnya terlihat 'menyerbu' tukang jagal daging dan memborong berbagai jenis daging dan ikan yang tersisa.
Tak hanya itu, dalam foto yang dipublikasikan Koetse, tampak seorang perempuan masih menggunakan roll rambut ikut mengantre membeli barang di supermarket.
"Perempuan ini tampaknya langsung lari ke supermarket dari salon. Prioritas," tulis Koetse seperti dikutip Taiwan News.
Sebagaimana diberitakan CNN, lockdown di Kota Chengdu dimulai pada Kamis (1/9) sore.
Penerapan lockdown itu terjadi beberapa hari setelah seorang warganet mengungkap kemungkinan pemerintah kembali mengisolasi kota itu di media sosial China.
Pada Senin (29/8), seorang warga Chengdu dengan sebutan "Hutan Tropis" mengabarkan dalam platform WeChat bahwa pihak berwenang sedang mempertimbangkan menerapkan lockdown lagi.
Cuplikan pesan warganet itu bocor dan menjadi viral di media sosial, membuat warga berbondong-bondong membeli kebutuhan pokok mereka di pasar swalayan.
Pada Selasa (30/8), kepolisian Chengdu menangkap pengguna WeChat tersebut, yang memiliki marga She. Polisi menuduhnya menimbulkan kepanikan dalam masyarakat dengan menyebarkan "komentar provokatif."
She kemudian dipenjara selama 15 hari dan dikenakan denda 1000 yuan (Rp2,1 juta) karena "menyebabkan perkelahian dan menimbulkan masalah."
Meski begitu, pemerintah Chengdu kemudian memerintahkan masyarakat untuk tetap dirumah mulai pukul 18.00 pada Kamis, kecuali jika mereka mengikuti tes Covid-19 wajib.
Tes massal di Chengdu sendiri berlangsung mulai Kamis (1/9) sampai Minggu (4/9) I cnn