WANHEARTNEWS.COM - Media dihebohkan dengan berita kudeta yang menimpa Presiden China Xi Jinping. Rumor ini merebak karena Xi tidak terlihat lagi sejak kembali dari KTT Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) di Samarkand, Uzbekistan.
Spekulasi berkembang bahwa kudeta terjadi karena beberapa permasalahan di dalam negerai yang akhirnya terungkap ke publik, seperti dakwaan hukuman mati terhadap dua 'orang besar' di negara itu yang mendapat penentangan dari oposisi.
Beberapa hari lalu, Beijing memvonis mati dua mantan menteri top China atas dugaan korupsi dan empat pejabat dikirim ke penjara seumur hidup dengan dakwaan yang sama. Keenamnya adalah bagian dari 'faksi politik'. Saat ini, Partai Komunis sedang menjalankan kampanye anti-korupsi, dan diyakini bahwa keenamnya adalah penentang Xi.
Itu juga mengindikasikan bahwa orang-orang 'anti-Xi' masih memegang komando, sehingga rumor kudeta kian kuat.
Namun, para ahli mengecilkan kemungkinan tersebut, mengingat Xi sampai saat ini masih berada dalam posisinya dan memegang kendali penuh.
Namun, Times of India dalam laporannya mengatakan, kemungkinan ada banyak orang yang tidak menyetujui Xi Jinping maju dalam pemilihan berikutnya. Pada Kongres Nasional ke-20 Partai Komunis China 16 Oktober mendatang, Xi diperkirakan akan mengamankan kekuasaan untuk masa jabatan ketiga yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Di luar itu, pakar China juga mengatakan belum ada tanda-tanda kudeta yang terlihat di Beijing sejauh ini.
Mengenai berita bahwa ada banyak penerbangan di China yang dibatalkan, itu juga hampir tidak benar. Pakar China Aadil Brar membagikan data penerbangan dan mengatakan tidak ada gangguan penerbangan. Beberapa memang ada yang dibatalkan atau tertunda, tetapi itu tidak terkait dengan apa pun kecuali permasalahan udara.
Dia juga berbagi visual briefing publik oleh pejabat senior China, menunjukkan bahwa pemerintah berfungsi normal.
Situsasi di kota Beijing dan lainnya juga nampak normal kecuali ada beberapa penertiban terkait Covid.
Rumor merebak konon dimulai ketika sebuah sumber mengatakan Presiden dan PM China menugaskan mantan anggota Komite Tetap, untuk mengambil kendali Biro Pengawal Pusat, sementara Xi ditahan di bandara sekembalinya dari KTT Samarkand untuk melakukan karantina.
Ada tangan-tangan jahil yang mengubah kabar itu menjadi rumor besar, sebagian besar berasal dari Afrika - hal yang sangat aneh, seperti dikutip dari Tribuneindia. Bahkan, kabar ribuan penerbangan dibatalkan diangkat dengan sebuah video ledakan besar menunjukkan ada pertempuran sengit di Beijing dan video pendek lainnya menunjukkan gerakan pasukan, yang diklaim menuju Zhongnanhai, markas besar Komite Sentral Partai Komunis China.
Analis intelijen menemukan beberapa akun bertindak sebagai penyebar utama rumor.
Sampai saat ini para ahli berpendapat ada kemungkinan kuat Xi sedang dikarantina mengikuti 'Kebijakan Nol Covid' yang ketat di negara itu. Berdasarkan kebijakan tersebut, setiap individu yang masuk ke China dari luar negeri harus menjalani karantina.
Sumber: RMOL