WANHEARTNEWS.COM - Pegiat media sosial Eko Widodo menilai mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tidak memiliki memiliki Deoxyribonucleic Acid (DNA) sebagai koruptor.
Menurut dia, Anies tidak akan mengkhianati rakyatnya.
Hal itu disampaikan Eko Widodo dalam akun Twitter pribadinya, pada Jumat 28 Oktober 2022.
"Anies tdk punya DNA koruptor apalagi berkhianat pada rakyat krn darah serta nyawa leluhurnya ikut disumbangkan untuk kemerdekaan negeri ini," ujar Eko Widodo.
"Selamat hari sumpah pemuda kobarkan semangat perubahan untuk kemajuan bangsa!!," pungkasnya.
Anies tdk punya DNA koruptor apalagi berkhianat pada rakyat krn darah serta nyawa leluhurnya ikut disumbangkan untuk kemerdekaan negeri ini
— π΄πΊπΎ π πΈπ³πΎπ³πΎ (@ekowboy2) October 28, 2022
Selamat hari sumpah pemuda kobarkan semangat perubahan untuk kemajuan bangsa!! pic.twitter.com/El3YArbli1
Sebelumnya, Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) kembali mengeluarkan rilisnya terkait serba-serbi perhitungan kontestasi pemilu 2024.
Kali ini SMRC merilis hasil suveinya berkaitan dengan tingkat pendidikan pemilih kandidat capres.
Pendiri SMRC, Saiful Mujani menjelaskan bahwa dalam survei SMRC dua tahun terakhir (2021-2022), dengan total sample 8319, secara umum perbedaan pendidikan berpengaruh signifikan dalam perilaku memilih. Jika tingkat pendidikan dibagi antara SLTP, SD, dan tidak bersekolah dengan SLTA ke atas, proporsinya hampir seimbang. Yang berpendidikan SLTP ke bawah sekitar 53,2 persen, sementara yang SLTA ke atas sekitar 46,8 persen.
SMRC menyebut bahwa tingkat pendidikan pemilih Anies Baswedan cenderung berasal dari kalangan menengah ke atas. Ada 20 persen dari yang berpendidikan SLTP ke bawah yang memilih Anies, sementara yang SLTA ke atas 27 persen.
Menurut Saiful, mengapa pemilih Anies cenderung berpendidikan tinggi karena Anies sendiri tergolong baru di perpolitikan nasional. Hal yang sama juga terjadi pada Ganjar yang mana dari yang berpendidikan SLTA ke atas, Ganjar dipilih sekitar 31 persen, sementara yang berpendidikan SLTP ke bawah sebesar 26 persen.
Sumber: wartaekonomi