WANHEARTNEWS.COM - “Saya capek berseteru,” ujar Amin, seorang Aremania yang tidak ragu sedikit pun dengan misi perdamaian yang diusung seluruh suporter di Indonesia.
Ia sudah lelah terus-terusan berseteru dengan rival. Apalagi, ia sudah kenyang pengalaman pahit soal perseteruan yang merugikan.
“Saya mengalami di perbatasan sampai saya mengatasnamakan Aremania Jalur Gaza. Saya lelah, butuh perdamaian ini. Kalau perdamaian ini tidak dimulai dari sekarang, terus kapan?” katanya.
Soal perdamaian ini, Amin yakin tidak semudah membalikkan telapak tangan. Meski ada proses mewujudkan niat baik tersebut, ia tidak masalah selama bisa tercapai.
“Perseteruan akan ditinggalkan ke anak cucu kita. Bagaimana nanti kalau kita semua sudah meninggal dan meninggalkan perseteruan yang berlarut-larut?” tanya pria yang tinggal di Pasuruan, Jawa Timur, dilansir Senin (10/10/2022)
“Perdamaian ini harus ada, harus tercapai, tapi butuh proses,” imbuhnya.
Amin juga mendukung langkah dan sikap yang diambil Anto Baret, pentolan Aremania, untuk bisa menciptakan kesepakatan damai di antara seluruh suporter yang ada di Indonesia.
Perdamaian antara Aremania dan Bonek, suporter Persebaya Surabaya, dianggapnya kurang tepat. Perdamaian jangan sampai terpisah-pisah, tetapi jadi satu kesatuan.
“Seperti yang dikatakan Sam Anto Baret, kalau hanya kita dari Aremania dan dari Bonek, rasanya kurang tepat. Kalau semua suporter di Indonesia, itu baru merupakan saksi perdamaian,” ucapnya.
Sampai Minggu (9/10/2022), sejumlah suporter di Indonesia sudah menyatakan perdamaian dengan rival terdekat. Seperti yang terjadi di Yogyakarta dan Jawa Tengah atau disebut sebagai wilayah Mataram.
Kelompok suporter Slemania (PSS Sleman), Brajamusti (PSIM Yogyakarta) dan Pasoepati (Persis Solo) sepakat untuk mengakhiri rivalitas yang merugikan.
Dalam banyak video amatir di media sosial juga beredar soal solidaritas erat antara suporter yang dikenal berseteru.
Misalnya, Viking (Persib Bandung) dan The Jakmania (Persija Jakarta) bernyanyi bersama mengatasnamakan persaudaraan.
Anto Baret juga menyampaikan bahwa sesama suporter seharusnya tidak menjadi lawan.
Lawan yang seharusnya dihadapi adalah kekerasan dari aparat keamanan, seperti penggunaan gas air mata.
“Lawan kita adalah gas air mata. Perdamaian ini harus terwujud dengan sendirinya," ujarnya.
"Jadi bukan kami di sini yang menyuruh mereka damai, tetapi mereka damai dengan kesadaran sendiri terhadap saudara sebangsa dan setanah air,” pungkas pria yang berprofesi sebagai musisi tersebut.
Sumber : lawjustice