Sinopsis: Pernikahan yang tidak didasari dengan cinta akan selalu menimbulkan masalah, kalo bukan prahara rumah tangga.
Seperti kisah ini. Dua sejoli yang dijodohkan oleh penggemar dan fans beratnya. Sang gadis bisa menerimanya, namun sang lelaki menganggapnya cabang cinta, karena sang lelaki telah memiliki tambatan hati lain.
Malam pertama bagi sepasang pengantin seharusnya begitu indah. Namun tidak bagi sang gadis, meskipun dihadapan orang-orang dan penggemarnya selalu menampakan keceriaan dan keharmonisan rumah tangganya. Malam itu terlewatkan begitu saja dalam beberapa pekan, bahkan lebih dari sebulan. Ia menanti cinta sang kekasih yang ternyata telah memiliki tambahatan hati dengan orang lain. Cemburu ? tentu saja.
Ternyata banyak misteri dibalik latar kehidupan sang lelaki yang sudah mulai terungkap setelah prahara dalam rumah tangganya yang menggerkan, banyak penggemar dan fans yang semula tidak percaya akan kenyaataan perjalan cinta sang idola.
Sangat seru untuk dibaca, banyak hikmah yang di dapat dari cerita ini.
Dengan dibumbui sedikit kekerasan, bagaimana akhir kisah ini?, Langsung saja
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Menikah tanpa dasar cinta? Mungkinkah bisa?
Nyatanya, pernikahanku tetap berjalan meski tak ada rasa cinta sedikit pun di hati. Dia lelaki baik akhlak juga agama, kata orangtuaku. Aku pun melihatnya demikian. Tapi untuk menumbuhkan rasa cinta, itu butuh waktu, bukan?
Setelah membersihkan wajah dari make up, ingin rasanya aku segera membaringkan tubuh di ranjang. Namun, melihat ranjang merah bertabur bunga mawar dan melati itu … aku membayangkan sesuatu.
Semoga saja, Mas Aksa tidak akan memaksaku untuk melakukan hubungan yang belum ingin kulakukan. Jelas aku tidak bisa, karena di hati belum ada cinta.
Mungkin saja lelaki bisa melakukan tanpa rasa cinta. Tapi wanita, berbeda. Cinta dan kenyamanan adalah yang utama.
Di luar sudah sepi. Sepertinya banyak tamu yang sudah pulang dan saudara yang menginap masuk ke kamar. Tinggal menunggu Mas Aksa yang akan memasuki kamarku ini.
Benar saja, baru ingin merebahkan tubuh di ranjang, suara derit pintu terbuka. Terlihat senyuman canggung lelakiku itu. Setelah menutup pintu dan mengunci, ia melangkah perlahan mendekatiku.
Jantungku berdegup sangat kencang. Mungkin wajahku sudah berubah pias sekali. Semoga saja Mas Aksa tidak memintanya malam ini. Sungguh, aku belum siap.
"Kok belum tidur, Dek?" tanyanya dengan suara rendah. Sepertinya, dia juga sama gugupnya denganku.
"Belum ngantuk." Aku menjawab singkat. Tangan sibuk memilin ujung piyama. Tidak tahu harus berkata apa.
"Hm, aku ganti baju dulu." Mas Aksa berjalan ke arah lemari. Ya, lemari baru yang ia belikan saat lamaran. Pakaiannya ada beberapa yang sudah ditata rapi di sana.
Aku memalingkan wajah saat Mas Aksa membuka kemeja putihnya. Ya, Tuhan … badannya putih sekali. Punggungnya lebar, membuatku ingin segera bersandar. Eh!
"Ayo, Dek."
Aku mendongak. Debar di dada semakin kencang saja rasanya. Mas Aksa mendekat. Memamerkan giginya yang putih berbaris rapi. Aku terpekik saat tangannya ingin menjangkau rambutku.
"Mas Aksa mau ngapain?" Aku menjauhkan kepala dan bergeser satu langkah.
Dia justru terkekeh. "Ada melati di rambutmu."
Aku segera mengibaskan tangan di rambut yang ditunjuk oleh Mas Aksa. Kembali memalingkan wajah, karena malu.
Duh, mikir apa aku tadi?
"Tidur, yuk. Udah tengah malam."
"Eh?" Aku kembali mendongak. Ingin bertanya lebih lanjut tapi bibir kelu seketika.
Silahkan baca kelanjutan selengkapnya disini 'MALAM Yang TERTUNDA'