WANHEARTNEWS.COM - Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 131 orang terus disorot publik, tewasnya ratusan orang usai laga Arema FC versus Persebaya Surabaya itu disinyalir karena gas air mata yang ditembak aparat kepolisian, berdasarkan hasil temuan Komnas HAM.
Penggunaan gas air mata ini yang kemudian bikin geram masyarakat Indonesia, soalnya penggunaan gas air mata di dalam stadion sudah dilarang FIFA.
Di media sosial, netizen, sebutan untuk pengguna media sosial ramai-ramai menyoroti anggaran pengadaan gas air mata.
Berdasarkan http://lpse.polri.go.id/eproc4/lelang. Anggaran pengadaan gas air mata Kaliber 38 mm (smoke) Program APBN T.AA sebesar hampir Rp20 miliar. Anggaran itu berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Mengetahui besaran anggaran itu, netizen semakin geram, salah satu pengguna twitter dengan akun @rch*** memberi komentar menohok, Dengan adanya tragedi Kanjuruhan dia menilai polisi menghabisi rakyat dengan alat-alat yang dibeli pakai uang rakyat.
“20 miliar duit rakyat dipakai buat bunuh rayat.” kata @rch***.
Sementara itu akun @make*** juga memberi komentar senada, dia menyebut aparat disokong dana besar untuk menghabisi rakyatnya sendiri.
“Dana besar berujung dibuat pembantaian masyarakat!” Ungkap @make***.
“20 milliar dari uang rakyat yang fungsinya untuk bunuh rakyat ujung-ujungnya.” Ucap @ome***.
“Nggak dipakai perang malah dipakai buat bunuh rakyat sendiri.” Ujar @Afri***.
“Ya betul sih, kalau nggak terpakai tear-gas nya nggak terpakai kan tahun depan nggak bisa pengadaan lagi, makanya harus dihabiskan. Makanya ditembakkan di stadion, masa ditembakkan di kantor atau rumah dinas?” Sindir @affa***
Temuan Komnas HAM, Korban Tewas di Kanjuruhan Diduga Akibat Kekurangan Oksigen Karena Gas Air Mata
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mulai menggelar investigasi untuk mengungkap penyebab tewasnya ratusan orang dalam tragedi Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur pada 1 Oktober 2022 lalu.
Komisioner Komnas HAM Choirul Anam dalam sebuah videonya yang disampaikan kepada wartawan menggemukan, bahwa jatuhnya korban jiwa dalam peristiwa mengerikan itu diduga kuat karena tembakan gas air mata yang dilepaskan aparat.
Hal ini kata, terkonfirmasi dari kondisi jenazah yang dilihat Komnas HAM di lapangan, dimana sejumlah jenazah tampak dalam kondisi mengenaskan seperti wajah yang membiru, mata memerah, dan mengeluarkan busa di mulut.
Anam mengaku mereka diduga tewas karena kekurangan oksigen akibat asap gas air mata yang bikin sesak nafas dan perih di mata.
"Jadi teman-teman, khususnya keluarga Aremania, maupun relawan yang menangani jenazah memberikan informasi terkait hal tersebut. Wajahnya biru. Banyak yang wajahnya biru, mata merah, keluar busa dan sebagainya," ungkap Anam dikutip Populis.id Kamis (6/10/2022).
Tak hanya mencari informasi mengenai kondisi jenazah, Komnas HAM juga sudah menemui sejumlah korban selamat dalam tragedi ini, kondisi mereka tak kalah memprihatinkan, ada beberapa orang kata Anam sampai tak bisa membuka matanya selama dua hari, tidak hanya itu mereka juga mengalami sesak nafas akibat tembakan gas air mata aparat kepolisian.
"Matanya sangat merah. Bahkan, kami bertemu dengan salah satu korban yang itu peristiwanya hari Sabtu (2/10/2022), Senin (4/10/2022) bertemu kami. Senin baru bisa melihat. Matanya sakit kalau dibuka. Dadanya juga perih, sesak napas, tenggorokannya perih. Itu beberapa contoh informasi yang kami dapat," tuturnya.
Sumber: populis