WANHEARTNEWS.COM - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Jimly Asshiddiqie mengungkapkan Polisi melakukan blunder besar pada kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang usai tanding tim Arema Malang Vs Persebaya Surabaya pada Sabtu (1/10/2022).
Pernyataan Anggota DPD RI Dapil Jakarta itu merespons aksi petugas Polisi yang menembakan gas air mata ke arah tribun penonton di Stadion Kanjuruhan.
Teranyar, 127 orang tewas akibat kerusuhan itu. Dua diantaranya adalah Polisi. Dugaan sementara, banyaknya jumlah korban tewas itu akibat sesak napas dan kekurangan oksigen setelah menghirup gas air mata.
"Innalillahi wainna Ilaihi rojiun. Petugas melakukan blunder yang timbulkan korban jiwa dengan jumlah yang fantastis pula," tulis Mantan Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) itu di akun twiternya, Minggu (2/10/2022).
Tak tanggung-tanggung, Jimly mengungkap bahwa jumlah korban tewas di Stadion Kanjuruhan, Malang itu merupakan jumlah kematian terbesar akibat kerusuhan sepak bola sepanjang sejarah manusia. Catatan itu tentu menjadi catatan terburuk bagi dunia olahraga sepak bola di tanah air.
"Kasus di Malang ini dengan korban 127 orang meninggal merupakan pertandingan bola kaki yang menelan korban terbesar ke-2 setelah di Peru (1964) dengan 328 orang dalam sejarah umat manusia. Yang ke-3 di Ghana tahun 2001 menelan korban 126 orang," ungkap Jimly.
Untuk diketahui, aksi penembakan gas air mata ke tribun penonton laga Arema Malang Vs Persebaya Surabaya diduga kuat jadi pemicu utama banyaknya korban jiwa. Penonton yang bejibun terjebak dalam kepungan asap gas air mata. Akibatnya, mereka mengalami sesak napas massal dan kekurangan asupan oksigen.
Dugaan itu semakin menguat sebab Kapolda Jawa Timur Irjen Nico Afinta mengatakan pihaknya melakukan penembakan gas air mata tersebut dilakukan karena para pendukung Arema tidak puas dan turun ke lapangan pertandingan.
Mereka melakukan tindakan anarkis dan membahayakan keselamatan para pemain dan ofisial. "Karena gas air mata itu, mereka pergi keluar ke satu titik, di pintu keluar.
Kemudian terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak nafas, kekurangan oksigen," ungkapnya kepada wartawan, Sabtu (1/10/2022).
Sumber: tvOne