WANHEARTNEWS.COM - Hasil survei terbaru mengungkap bagaimana faktor agama turut berperan dalam menentukan calon presiden atau capres dalam Pemilu. Hal ini berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC).
Mengutip Wartaekonomi.co.id -- jaringan Suara.com, hingga kini, berbagai lembaga survei sudah mulai melakukan penelitian ataupun hitung-hitungan terkait elektabilitas tokoh-tokoh yang berpotensi maju sebagai capres 2024.
Salah satunya adalah SMRC yang dalam dua tahun terakhir telah melakukan serangkaian observasi melalui survei nasional. Hasil survei tersebut kemudian digabungkan sehingga memiliki sample yang sangat besar, yakni 8319.
SMRC pun menjelaskan hasil survei yang dilihat dari faktor agama. Contohnya dalam pemilihan legislatif (Pileg), SMRC mengungkap secara umum pemilih beragama Islam dan non Muslim memiliki perbedaan yang signifikan dalam menentukan pilihan partai politik.
Berdasarkan hasil survei SMRC, hampir semua pemilih PKB beragama Islam. Rinciannya adalah sebanyak 10 persen warga beragama Islam mendukung PKB, sedangkan yang non Muslim hanya 1 persen.
“Pemilih PKB hampir semuanya beragama Islam. 10 persen pemilih Muslim mendukung PKB, yang non-Muslim hanya 1 persen," demikian bunyi rilis SMRC yang diterima pada Kamis (13/10/22).
Hasil itu berbanding terbalik dengan PDIP yang mendapatkan banyak dukungan dari kalangan non Muslim. Partai berlogo banteng tersebut meraih 48 suara dari non Muslim dan 22 persen dari pemilih Muslim.
"Komposisi dukungan suara PKB yang hampir semuanya dari kalangan Islam berbanding terbalik dengan PDIP. PDIP didukung 22 persen dari pemilih Muslim, yang non-Muslim 48 persen,” lanjut keterangan tersebut.
Saiful Mujani menjelaskan meski porporsi dukungan kalangan non-Islam terhadap PDIP lebih besar, namun dukungan dari kalangan Islam juga sangat besar, dengan 22 persen dari total pemilih yang beragama Islam.
Dari hasil tersebut, Saiful menyimpulkan bahwa PDIP memang mendapatkan proporsi dukungan yang jauh lebih besar dibanding dengan partai-partai lain dari pemilih non Muslim. Ibaratnya 'PDIP Vs the rest'.
“PDIP versus the rest. Kalau PDIP tidak ada di sana, kemungkinan suara pemilih non Muslim akan terdistribusi atau menyebar pada semua partai lain,” kata Saiful.
Dalam kesempatan ini, Saiful turut menjelaskan alasan mengapa PDIP bisa menjadi yang terbesar dalam meraup suara dari pemilih non Muslim. Ini karena PDIP dinilai memiliki nilai khusus.
Salah satu kemungkinannya karena alasan historis yang membuat partai yang diketuai Megawati Soekarnoputri tersebut bisa mendapatkan banyak dukungan dari pemilih non-Muslim.
“Dalam Pemilu legislatif, dalam hal PDIP versus lainnya, perbedaan agama sangat penting dan tidak bisa diabaikan,” tandas penulis buku Muslim Demokrat tersebut.
Sumber: suara