WANHEARTNEWS.COM - Berbagai upaya kepemimpinan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono yang mengembalikan beberapa gaya era Basuki Tjahaj Purnama (Ahok) saat jadi orang nomor satu di Jakarta memberi tafsir politik yang beragam.
Direktur Riset Indonesia Presidential Studies (IPS) Arman Salam mengawali pandangan politiknya dengan pepatah.
Ia menjelaskan bahwa dekatkanlah dirimu dengan kawanmu, namun lebih dekatkanlah lagi dirimu sama musuhmu.
Kata Arman, dalam ruang politik hal menjadi biasa untuk mengeksplor semua potensi lawan baik potensi baik maupun buruk untuk dijadikan senjata menyerang lawan.
Pandangan Arman, kegenitan PJ DKI 1 Heru Budi yang mulai acting ala Ahok mengandung beberapa tafsir.
"Pertama kesan adanya indikasi pesanan untuk menutup dan membalik persepsi kesuksesan Anies dimata publik," demikian kata Arman kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (21/10).
Menurut Arman, cara mengobok-obok dari dalam sangat mudah. Ia kemudian mengilustrasikan bahwa kebobrokan program maupun membobrokan program yang dianggap sukses sangat mudah diplintir karena PJ pegang remotnya.
Namun demikian, Arman mengingatkan kepada publik ibukota agar tidak bodoh jika hal tersebut dilakukan tanpa ada perhitungan yang matang, sebab justru akan menjadi energi aktivasi yang kuat bagi Anies untuk terus melaju.
Faktor kedua, jelas Arman, bisa saja ambisi pribadi untuk maju nyalon DKI 1. Setidaknya ada waktu untuk pamer diri. Targetnya, publik DKI terkesima.
"Jika PJ dipandang mampu dan jadi primadona bisa saja nanti tarung saat Pilkada, yang penting sekarang dikenal dulu dan dianggap pantas dulu memimpin makanya gasspoll," pungkas Arman.
Lebih lanjut, Arman menengarai gaya Heru Budi mereplikasi gaya kepemimpinan Ahok agar masyarakat DKI Jakarta menganggap orang kepercayaan Jokowi itu sebagai pemimpin tegas dan nyentrik.
Sumber : rmol