WANHEARTNEWS.COM - Pengamat politik Rocky Gerung kembali mengkritik Presiden Jokowi, kali ini mengenai fenomena buzzer yang menurutnya berkembang pesat di masa pemerintahan beliau.
Ia mengatakan, para buzzer selalu memainkan opini publik dengan serangan terus-menerus ke lawan politik Jokowi. Meskipin ada cara intelektual memainkan opini publik dan lebih teratur.
Namun, ketika mengambil jalan menggunakan buzzer, tak perlu lagi menggunakan kemampuan apa-apa.
“Kalau buzzer dia nggak perlu kemampuan apa-apa, pokoknya dia serang aja. Ngoceh aja kayak anjing keluar dari kandang, ‘Who let the dogs out?’ itu kata lagu Baha Men,” kata Rocky di kanal Youtube Rocky Gerung Official saat berbincang bersama Hersubeno Arief dari Forum News Network (FNN), dikutip Minggu (03/11/2022).
Rocky Gerung terang-terangan menyebut Jokowi sangat lekat dengan buzzer itu sendiri. Menurutnya, ada perbedaan mendasar “buzzer” atau pendegung partai politik yang umumnya dilakukan oleh kader melaui penyebaran nilai dan gagasan partainya.
“Memang kata buzzer kan khas punya Jokowi kan. Kan nggak ada buzzer PDIP, PDIP buzzer-nya ya kadernya sendiri, Demokrat ada buzzer nggak ada, buzzer Demokrat adalah kader sendiri, PKS juga gitu. Semua partai buzzer-nya adalah kadernya sendiri. Nah, Pak Jokowi adalah buzzer-nya itu outsource itu, itu bedanya," ujar Rocky.
Mantan dosen Universitas Indonesia (UI) itu juga menggambarkan buzzer layaknya sebuah perisai yang tebal. Saking tebalnya, Jokowi sudah tidak lagi atau paling tidak minim akses ke masyarakat.
“Saking tebalnya perisai itu, Pak Jokowi nggak punya akses lagi dengan rakyat. Jadi Pak Jokowi hanya ingin dengar apa yang oleh buzzer dirumuskan sebagai hal yang baik buat Jokowi," ucap Rocky.
Rocky menilai buzzer di lingkup istana bukan lagi menjalankan tugasnya untuk mendengungkan atau mempromosikan nilai dan gagasan yang diyakini sosok atau lembaga yang dibela.
Dia menganggap buzzer lingkup istana justru malah sibuk menyerang dibandingkan menjalankan fungsi yang seharusnya. Hal ini menurut Rocky membuat Demokrasi di Indonesia menjadi buruk.
“Yang lebih bahaya buzzer itu menyerang bukannya mempromosikan. Jadi ada bengisnya buzzer-buzzer ini, kenapa? Karena setiap kali ada serangan langsung bisa dikonversi jadi uang. Jadi makin marah makin galak buzzer itu makin dompetnya tebal diisi terus oleh majikannya, itu yang merusak demokrasi," tuturnya.
"Akhirnya buzzer memberi opini publik menguasai surveyor segala macem disewa kiri kanan. Jadi memang ini yang merusak demokrasi ini buzzer," sambungnya.
“Perbuzzeran itu adalah hal yang biadab dalam politik karena makan di mana saja lalu menyerang kiri kanan dan sering tanpa nama, jadi pengecut juga. Jadi itu yang akan diingat orang selain proyek yang gagal dari Pak Jokowi, Buzzer itu berkembang biak di era Jokowi dan hanya di era Jokowi,” jelasnya lagi.
Sumber: wartaekonomi